Selasa, 05 Desember 2017

JINGGA

“JINGGA”

Oleh: Hariyati
Genre: Romantic
Senja Terluka
Jingga, perlahan matahari bergeser kebagian bumi lain. Hampir gelap, tapi mata masih bisa melihat jelas mengamati sekitar.
30 km/jam kira-kira kecepatan sepeda motor yang dikendarai sepasang kekasih senja itu, tampak seorang Gadis duduk menyamping dengan baju gamis sepadan dengan hijabnya menambah keanggunannya, tangannya memegang erat kedua belah pinggang Pemuda itu dengan dagu disandarkan dipundak, tampak senyum bahagia diwajah Gadis itu menambah keromantisan senja itu.
Aku melihat dengan kedua mataku menyaksikan keromantisan yang terjadi dihadapanku. Dan sangat jelas, bahwa apa yang aku lihat mampu merobek hatiku dengan hebat. Kamu, iya Kamu. Siapa Dia? Lantas masih pantaskah aku bertanya siapa Dia? Bukankah Kamu bukan siapa-siapaku. Aku mencintaimu, bahkan sejak dulu. Sejak kita masih menggenakan seragam putih abu-abu, masihkah Kau marah padaku? Tolong lepaskan tanganmu di pinggangnya! Tolong beri jarak dagumu dengan pundaknya! Ku mohon! Aku sangat terluka.
Tiada kata yang mampu menggambarkan begitu terlukanya Aku senja itu. Ku lihat Gadis yang Aku cintai bersama orang lain. Ingin rasanya Ku hantam pemuda itu, namun siapa Aku? Hanya Pemuda pecundang yang iri dengan kebahagian orang lain. Hingga akhirnya senja Ku biarkan tertutup oleh gelap menutup perasaan sakit begitu hebat.









Jangan Bahas Dia Lagi
***
“Bara, bengong aja lo dari tadi. Emang lo liat apa di gedung itu?”. Tepuk Kinan tepat dipundakku sontak saja Aku terkejut tersadar dari lamunan.
“Apaan sih lo Nan”. Jawabku sedikit kesal.
“Habis lo dari tadi liat kearah gedung itu mulu, jangan-jangan...”.
“Jangan-jangan apa? Lo jangan yang gak-gak lah”. Aku semakin kesal.
“Nah, jangan-jangan bener lo masik belum bisa move on dari Gadis itu”. Ungkap Kinan yang membuat mood ku semakin buruk.
“Gila lu”. Jawabku singkat dan melongos pergi meninggalkan Kinan.
“Ehh, Barrrr lu mau kemana? Kok gue jadi ditinggal”. Teriak Kinan padaku yang terus saja berjalan meninggalkannya, Kinan berlari mengejarku.
“Oke, Gue minta maaf deh. Gue gak akan bahas dia lagi”. Ungkap Kinan berusaha mengimbangi langkah kakiku yang semakin cepat.
“Oke-oke, biasa aja kali”. Ku jawab sambil ketawa.
Siang itu tampak begitu teriknya, matahari kelihatan enggan berkedip. Aku dan Kinan berjalan naik kearah tangga menuju kearah lantai tiga. Siang itu mereka ada mata kuliah Akutansinya Pak Dodi. Hari itu hari pertama Aku dan Kinan masuk jam kuliah disemester tiga mata kuliah Pak Dodi yang terkenal dengan kedisiplinanya, salah satunya Ia paling tidak suka dengan Mahasiswa terlambat. Setelah beberapa jam, akhirnya kami pun keluar kelas dengan wajah tampak telah selesai melewati masalah besar. Maklum saja baru pertama masuk sudah belajar serius.
“Bara”. Sapa seorang gadis dari belakang Aku dan Kinan yang sedang berjalan ingin turun.
“Ia,”. Sontak menghentikan langkah kaki Kami berdua dan menoleh dengan kompaknya.
“ Kamu gak ada jam lagikan Bar?”. Tanya Sila.
“Enggak, emang ada apa Sil?”. Jawab Ku dan membuat Aku kembali bertanya.
“Temenin Aku ke kantik yuk”. Ajak Sila penuh harap.
“Emmm, begini Sil. Bukannya aku gak mau, tapi aku udah janji sama Kinan mau buat tugas kelompok”. Jawabku bohong sengaja mencari alasan agar bisa menghindari Sila.
“Ehh,..”. Kinan ingin berbicara tapi cepat-cepatku sambar.
“Yakan Nan”. Ungkap Ku sambil menginjak perlahan kaki Kinan atau memberi kode agar Kinan mengerti apa maksudku.
“Iiii-ya-iya”. Jawab Kinan terbata-bata.
“Oh, yaudah”. Jawab Sila tampak kecewa.
“Maaf ya Sil, Aku duluan”. Ku jawab dan melongos pergi.
Aku pun mempercepat langkah kaki menuruni anak tangga dan didiikuti Kinan yang berusaha mengejar. Hingga di parkiranpun Kinan membahas kejadian yang baru saja terjadi.
“Barrr, tunggu dulu!”. Kata Kinan menghentikan langkah kakiku.
“Kenapa Nan?”
“Loh itu kenapa sih? Lo itu begok atau gimana sih. Lo diajak cewek secantik Sila lo nolak gitu aja, ibaratnya lo diajak bidadari dari surga tapi lo gak mau”. Ungkap Kinan kesal.
“Lo ngomong apa sih?”. Jawab Ku santai.
“Ia lo itu gak sadar apa kalau Sila itu suka sama lo, tapi lo itu kayak gak pernah respon kalau Sila ngomong ama lo”. Lanjut Kinan.
“Udahlah ngapain dibahas”.
“Gak usah dibahas gigi lo, ini nih yang gak gue suka dari lo. Lo itu gak bisa liat ke depan, lo itu gak mau bangkit dari masa lalu yang seharusnya gak perlu lo ingat lagi”. Ungkap Kinan semakin kesal.
“Udah?”. Jawabku bertanya.
“(Kinan bingung melihat Ku)”
“Udahkan. Elo gak akan pernah ngerti apa yang Gue rasain, Lo enggak akan pernah ngerti apa artinya cinta, dan Elo gak akan pernah ngerti apa artinya penyesalan”. Ungkapku begitu mendalam.
“Ia Gue ngerti...”
“Enggak, Lo akan pernah ngerti. Lo gak akan pernah ngerti rasanya setiap hari ngerasa bersalah udah ninggalin orang yang Elu cinta tanpa alasan”. Potongku.
“(Kinan terdiam)”.
“Ayok pulang!”. Mereka pun pulang selesai perdebatan penuh drama.


Kamu Datang Lagi
Bayangan itu masih menghantuiku, bayangan masa lalu yang hingga sekarang belum ada akhir untuk bisa dilupakan. Meskipun saat ini Gadis yang Ku maksud telah bahagia bersama orang lain, lantas bukan berarti bagi Ku selasai sampai disitu. Ada keyakinan dibenak Ku bahwa suatu saat Aku bisa memperbaiki kesalahan di masa lalu. Hujanpun semakin deras, membuat suasana hati manusia manapun sensitif akan kondisi apapun yang terjadi malam itu.
Rindu, terkadang menghampiriku. Bisa apa? Harus bagaimana?. Namun malam itu Tuhan mendengar gunda gulana seorang Pemuda malang sepertiku. Sosok Gadis itu hadir meski hanya dalam dunia maya sekalipun. Ponselku bergetar, tampaknya sebuah pesan telah masuk. Segera cepat-cepat aku membukanya.
“Rindu”. Pesan singkat yang membuat Aku memikirkan ribuan pertanyaan atas alasan apa yang gadis itu punya untuk menjelaskan pesan yang dikirimnya.
“Maksudnya?”. Balasku.
“Rindu sosok yang selalu hadir, rindu sosok yang selalu setia menemaniku disaat aku tak bisa memejamkan mataku dimalam hari, rindu sosok yang selalu sigap menelfon jika kukatakan aku ingin mendengar suaranya, aku rindu semua itu”. Ungkap Gadis itu.
“Kamu salah kirim ya?”. Balas Aku yang tidak percaya kalau kata-kata itu ditujukan buatku.
“Enggak, aku gak salah kirim”. Jawab Gadis itu.
”Terus?”. Jawabku.
“Aku rindu kamu Bara, aku rindu semua tentang kamu”. Ungkap Gadis itu.
“Terus dia?”. Tanyaku.
“Aku rindu Kamu, bisa gak sebentar aja kita gak usah bahas Dia!”. Kata gadis itu.
“Kamu gak boleh gitu! Dia milik kamu sekarang bukan aku lagi, kamu gak boleh rindu aku”. Jawabku seolah-olah bijak padahal Aku lebih sangat merindukannya.
 “Sudah cukup Bara!, aku gak ngerti sama kamu. Kenapa kamu semakin lama semakin ngejauh dari aku? Aku tau aku sudah milik orang lain, tapi bisakan malam ini aja aku ingin jujur kalau aku rindu kamu. Dan kamu bisakan sedikit aja ngurangi rasa rinduku?”. Pinta Gadis itu.
“Maafin aku”. Jawabku.
“Kita bisa ketemu?”. Tanya Gadis itu.
“Maaf gak bisa”. Balasku.
“Ayolah!”. Ajak Gadis itu memohon.
“Maaf”. Balasku bermaksud menghindari pertemuan dengan Gadis itu.
“Please, sekali aja”. Gadis itu memohon.
“Gak bisa”. Jawabku singkat.
Gadis itu tak membalas lagi karena kesal denganku. Sejujurnya Aku ingin sekali bertemu denganmu. Tapi Aku takut, takut akan tumbuh perasaan itu lagi seperti dulu. Karena Aku tau kini Kau itu milik orang lain. Butuh waktu bertahun-tahun buatku untuk membiasakan diri agar terbiasa tanpamu, Aku tak ingin hanya dengan waktu satu hari bisa menghancurkan segala apa yang kuusahakan untuk melupakanmu. Cinta, Aku memang benar masih mencintaimu. Bahkan perasaan itu bisa tumbuh lebih besar dari sebelumnya. Tapi justru itu yang Ku hindari, Aku tak ingin jatuh terlalu dalam lagi.




Tak Bermaksud Mencari Lagi
Masih Tetap Kamu Dihati
***
Jam menunjukkan pukul 13:30, suasana aulapun tak seramai beberapa jam yang lalu, semua orang telah meninggalkan acara yang telah selesai. Tinggallah sekerumunan Gadis yang kebetulan satu organisasi denganku, lalu Aku menghampiri sekerumunan Gadis itu.
“Makan yuk!”. Aku mengajak seorang gadis yang sedang duduk dengan teman-temannya.
“Makan?”. Tanya Ify yang bingung tiba-tiba Aku mengajaknya.
“Iya, tadi katanya lapar”. Jawabku.
“Iya sih, tapi...”.
“Ayok! Aku tlaktir”. Potongku.
“Beneran nih?”.
“Ia bener, ayok!”. Ajakku.
“Tunggu-tunggu!, aku curiga dalam rangka apa kamu ajak makan aku”. Tanya Ify semakin heran melihat Aku yang tumben-tumbenan ngajak dirinya makan.
“Ayok! Ikut aja”.
“Jawab dulu”.
“Aku pengen aja makan bareng Kamu”.
Ify hanya terdiam mengikuti kearah sepeda motorku dan Aku pun  pergi menuju kantin dan memesan sesuai selerah. Tak lama kemudian datang teman-temanku menghampiri Kami berdua.
“Cieee, yang makan berdua, akhirnya udah bisa move on juga lo Bar”. Ejek teman-temanku.
“Apaan sih kalian nih, ngomong ngaco”. Jawabku kesal.
“Kalau ia juga gak papa Bar, kami senang lihatnya”.
“Kalian pergi sana! Kalian kemari buat mood Gue rusak aja”. Aku terlihat sangat marah.
“Ciee, gitu aja marah sih Bara nih”. Teman-temanku semakin menggodaku yang semakin kesal. Sementara Ify hanya tersenyum-senyum malu mendengar apa yang dikatakan teman-temanku.
Hari itupun berlalu, secepat mata mengedipkan kedua kelopaknya. Tak sedikitpun rasa yang terasa dihatiku, sekalipun siang itu Aku menghabiskan waktu dengan gadis cantik yang diidolakan banyak pemuda di kampusku. Namun hatiku hanya untuk satu orang, yang belum bisa Ku gantikan hingga kini dan mungkin sampai nanti.
Sabtu malam minggu, hujan di malam hari dan waktu tengah malam. Jariku mengetik ponsel dengan lincahnya seolah-olah dituntun adanya teks dihadapanku. Kalimat demi kalimat tertuangkan dalam pesan singkat itu, sebuah paragraf rindu berharap bisa melegahkan hati setelah mengirimnya. Namun apa yang terjadi tanganku terhenti, setelah Ku ingat bahwa pesan yang ingin Aku sampaikan tak lagi penting. Untuk apa Aku menulis kalimat rindu buat kekasih orang, Aku sadar bahwa apa yang Aku lakukan ini salah. Rasanya ingin sekali Ku lempar ponsel yang Aku genggam kedinding agar bisa meringankan beban hatiku malam itu.
“Kau tau setiap malam. Bukan, bukan malam saja tapi setiap hari rindu ini tak pernah berkurang. Ingin sekali kutemui dirimu memeluk tubuhmu untuk melepas rinduku. Nanti, nanti Aku janji akan mendatangimu lagi. Bertanya sekali lagi apakah Kau mau kembali? Tapi nanti, ku kumpulkan keberanianku sebesar gunung dulu. Janji, iya Aku janji.”


Tiga Tahun Sudah Berlalu
Tak terasa waktu cepat berlalu, tiga tahun cukup merubah keadaan siapapun. Dan kini Aku bukan lagi Mahasiswa dengan segudang tugas. Kini Aku seorang Pegawai Negeri sipil disalah satu kantor pemerintah di tempat Ku tinggal dan sekaligus seorang pengusaha muda pemilik salah satu usaha sebuah cafe kopi yang biasa menjadi tempat tongkrongan anak-anak muda. Hari-hariku selalu sibuk dengan bekerja, bahkan Aku jarang punya waktu untuk memikirkan diriku sendiri salah satunnya tentang pendamping. Pagi itu hari minggu, meskipun hari itu Aku libur tapi Aku tak pernah membuang waktuku hanya untuk bersenang-senang. Aku lebih senang memanfaatkan waktu liburku untuk mengontrol usahaku.
“Barr, lu itu gimana sih weekend begini malah sibuk kerja. Bukannya santai dirumah atau jalan kemana gitu, syukur-syukur nemu jodoh”. Ucap Kinan sahabatku sejak kuliah dulu yang kebetulan datang ke cafeku pagi itu.
“Eluh ah Nan, malas Gue”. Jawabku singkat.
“Inget umur Bar, emang sih belum tua-tua amat tapi kan Elu udah mapan untuk nikah, apa lagi yang Elo cari Bar-bar”. Jelas Kinan.
“Nikah-nikah terus yang Elu omong dari tadi, lu kira nemu calon istri itu kayak beli gorengan tinggal tunjuk aja langsung dapat”. Tegasku.
“Gadis mana cobak yang gak mau dengan seorang Bara Putra Mahendra seorang PNS sekaligus pengusaha muda ditambah lagi wajah lu itu lumayan ganteng, gue rasa semua cewek mendambakan pemuda kayak lu Bar. Kecuali kayak gue umur segini masih pengangguran, terus cuma punya tampang pas-pasan lagi”. Jawab Kinan memujiku.
“Ah, lu Nan berlebihan. Belum tentu orang macam Gue bisa mendapatkan segalanya, buktinya Gue gak bisa dapet orang yang Gue suka”.
“Tunggu-tunggu! Jangan bilang Elu masik ngarep sama Nina”. Ujar Kinan.
“Eummh, udah gak usah dibahas lagi”. Jawabku mengalihkan pembicaraan.
“Jadi bener?”. Tanya Kinan.
“Ahh, enggak lah”.
“Lu bohong Bar, lu masik ngarep sama Nina gadis masa lalumu kan ?”.
“Ngarep doangkan gak papa”. Jawabku dengan sepontan.
“ Kan bener tebakan Gue, emang lu udah pernah ketemu dia lagi? Emang lu tau keadaan dia sekarang?”. Tanya Kinan.
“Itu sih yang Gue gak tau. Terakhir sih Gue ketemu dia tiga tahun yang lalu, Elu pun tau kan waktu itu aku ketemu Dia dan Dia udah punya orang lain”. Jelasku
“Itukan udah lama bar, mungkin dia udah nikah sekarang mungkin lagi udah punya anak”. Jawab Kinan.
Aku hanya diam dengan wajah tampak orang yang putus asa. Waktu telah melewati periode tiga tahun dan itu bukanlah waktu sebentar untuk merubah keadaan seseorang dan Aku juga berfikir mungkin Nina bukanlah seperti yang dulu.




Senja Hampir Saja Membunuhku
Ntah berapa abad Aku lewati, ntah berapa senja Aku lihat jingga berganti gelap. Namun rindu ini rasanya masih selalu sama sakit tersayat belatih tumpul, luka tak berdarah. Kau disana, apakah kau masih sama? Sepertiku, sendiri menunggumu. Setiap senja kearungi berharap melihatmu lagi, tapi tidak bersama dengan dia.
Dan sekali lagi harapanku dijamah oleh Tuhan, langit begitu gelapnya seakan butiran air yang telah besarang tak sabar ingin segera mencium bumi. Semua orang buru-buru melajukan sepeda motornya agar segera sampai pada tujuannya. Tapi lain halnya denganku, Aku sangat nikmati tiap momentum detik-detik turunnya hujan dengan hembusan angin yang menusuk tulang-belulangku. Sepeda motor yang Aku lajukan sangat perlahan kukendarai, hujanpun mulai turun menyerbu tubuhku bertubi-tubi. Sedikit terhambat tatkalah Aku sedang menikmati hujan, jalanan sedikit padat membuat kemacetan yang begitu panjang, suara telekson kendaraan membuyarkan suasana menjadi gaduh tak karuan, hampir 30 menit Aku berhenti menunggu kendaraan lain maju dihadapanku. Tak sengaja mataku berkeliaran bebas, Aku menoleh kearah kananku dan melihat pemandangan yang kurindukan selama ini, hanya berselang dua kendaraan disebelahku, Aku melihat seorang Gadis mengendarai sepeda motor berwarna putih metic dengan helm berwarna coklat kulit dan sangat jelas kalau Aku sangat mengenalnya. Kali ini gadis itu sendiri tak ada yang menemani, akan tetapi Gadis itu tak menoleh kemanapun ia menatap lurus sehingga tak melihat bahwa masa lalunya ada disebelahnya. Lampu merah telah berganti hijau semua pengendara mulai menancapkan gas sepeda motornya begitu juga dengan Gadis itu. Saat Aku ingin mengejar Gadis itu, tiba-tiba saja mobil yang ada didepanku mogok dan menghambat lajuku, lampu merah kembali hidup. Ya Tuhan kesempatan itu hilang, rindu yang menyesakkan dada semakin menggebu menghambat paru-paru dan jantung bekerja, rasa sakit kehilangan kembali terasa hampir saja senja itu membunuhku di tengan hujan.



Pertemuan Seperti Itu Tak Pernah Kuinginkan
Niatku tulus, memperbaiki kesalahan yang pernah Ku torehkan. Aku bawah seikat bunga, seikat maaf bahkan telah kuselipkan niat baik untuk mengikatmu selamanya. Aku berharap malam ini Kau menyambutku dengan lapang dada dengan senyummu yang pernah membuatku jatuh cinta. Malam ini niatku kokoh, niatku membuatku bersemangat dengan percaya dirinya.
Sepanjang perjalanan kurafalkan kata-kata yang sudah ku rangkai sejak lama, Aku tak ingin membuat kesalahan lagi bahkan sekecil apapun. Aku putar lagu-lagu romantis dari dalam mobilku, tersenyum seolah-olah aku manusia paling bahagia malam itu. Kira-kira seperti itulah bagaimana Aku sangat mendambakanmu lagi.
Kini sampailah tujuanku, jantungku semakin berdebar-debar. Aku penasaran bagaimana Kau akan menyambutku. Saat kulangkahkan kakiku kearah rumahmu, aku sangat terkejut betapa ramainya orang dirumahmu. Ku lihat satu persatu raut wajah orang-orang yang ada disekitar rumahmu tak sedikitpun tampak raut kesedihan, Aku menoleh kanan dan kiri, melihat sekitar rumahmu apa ada bendera warna kuning barang kali kau atau keluargamu ada yang meninggal meskipun hal itu tak pernah ku harapkan. Aku tak buru-buru masuk kedalam, kuberanikan diri bertanya pada orang-orang yang ada disekitar rumahmu.
“Assalamualaikum, permisi Bapak Ibu disini sedang ada acara apa ya?”. Tanyaku dengan sopannya.
“Ohh, ini ada acara tunangan anak Gadisnya Bapak Fahriansah, Kamu siapa nak? kamu temannya?”. Sontak jawaban itu sangat mengejutkanku, karena aku tau Nina adalah anak satu-satunya dikeluarga itu, air mataku turun sangat derasnya, hingga aku tak sadar orang-orang disekitarku melihat dengar herannya.
“Kamu kenapa nak? Kamu tidak apa-apa?”. Tanya seorang Ibu-ibu.
“Gak apa-apa buk. Saya permisi Assalamualikum”. Aku segera pergi dari tempat itu tanpa sempat memberi kata selamat pada gadis yang sangat Aku cintai.
Malam itu Aku sangat hancur, Aku tak berdaya. Ku tebas kecepatan mobilku dengan hebatnya. Aku masih tidak percaya dengan apa yang Aku lihat, Aku terluka. Aku tak pernah menangis tapi malam itu air mataku sepertinya tak bisa terbendung lagi. Aku tak pernah menginginkan pertemuan seperti ini, aku benci segalanya. Sekali lagi kau membunuhku, tapi kali ini kau bunuh Aku dengan sadisnya.
Seandainya Kau tau niat baikku, seandainya aku tak seterlambat ini. Sekarang bagaimana Aku melanjutkan hidupku lagi, Aku tau aku sangat salah membiarkanmu dulu pergi. Sekarang kau miliknya, Aku tak bisa memilikimu lagi. Aku sadar Aku harus menerima kenyataan, tapi seikhlas apa sih yang bisa dilakukan orang yang patah hati.










Kota Baruku
Setelah hampir satu minggu aku mengurung diri dikamar, Aku sadar aku telah mengabaikan segala aktivitasku. Sudah seminggu aku cuti, sudah seminggu aku tak melihat caffeku. Aku sadar aku gak bisa terus-terusan begini, aku beranjak dari tempat tidurku, wajahku yang berantakan kuhadapkan kearah cermin sedikit demi sedikit aku berusaha menuntun bibirku tersenyum.
Pagi itu aku mulai pergi kekantor. Aku mulai melakukan segala aktivitasku, ku kuatkan diri agar bisa menerima kenyataannya. Tapi tetap saja Kau belum hilang sepenuhnya dari kepalaku, sesekali aku menarik nafas kalau aku tak perlu memaksamu pergi dari kepalaku sekali lagi aku tersenyum untuk menghibur diri.
Siang itu Aku mendapat kabar baik bahwa aku naik pangkat. Aku senang tapi tetap saja kejadian seminggu yang lalu masih saja melukai hatiku, dan kenaikkan pangkatku mengharuskanku bertugas di keluar kota. Aku tak menolaknya, ku fikir dengan jarak bisa membuatku cepat melupakannya. Tak menunggu waktu lama sore itu juga Aku langsung berkemas-kemas untuk kepindahanku dan malamnya aku berangkat menggunakan pesawat.
“Hati-hati ya Barr..”. Kata Kinan sahabatku yang mengantarku kebandara. Aku memberi tanggungjawab pada Kinan sahabatku, aku memberinya pekerjaan di caffeku untuk mengolahnya.
Ku tinggalkan hatiku dikota kecil itu. Semoga Kau bahagia, Aku pun ditempat baru mencoba bahagia. Kau yang pernah ada, aku tak membencimu.




Terimah Kasih Untuk Kamu Yang Pernah Ada
Terimah kasih buatmu yang pernah ada, Aku masih memikirkanmu bahkan Aku masih mencintaimu. Tapi Aku yakin setelah berjalannya waktu nanti perlahan Aku akan dipertemukan orang lain. Kau ingat pertama kali kita bertemu, Kau dulu juga masih punya orang lain bukan. Hingga pada suatu hari kau dikecewakan olehnya, lalu akupun hadir  menjadi seseorang yang selalu menemanimu. Siang malam Aku selalu ada buatmu, selalu menghapus air matamu, selalu menoreh senyum diwajahmu, dan sampai akhirnya Kau berhasil melupakannya.
Kau ingat pertama kali kita saling jatuh cinta, Aku cemburu Kau dengan orang lain padahal Kau hanya menganggapnya teman. Aku juga ingat betul saat Kau cemburu denganku Kau memang pintar, pintar menyembunyikannya dariku. Tapi Aku tak kala cerdik, Aku bisa melihat kecemburuanmu dari balasan-balasan pesan singkatmu yang menggambarkan bahwa Kau sedang cemburu denganku.
Dan ingatkah Kau lagi pertama kali Aku menyentuh tanganmu, itu tepat di hari ulang tahunmu. Aku memberikan ucapan selamat dihari ulang tahunmu, lalu Kau genggam erat tanganku hampir saja jantungku berhenti berdetak kala itu. Kau ingat juga, hari itu juga pertama kali Kau berdoa untukku, didepan sebuah kue ulang tahun Kau berdoa untuk hubungan kita agar Aku tetap menjadi manusiamu, manusia yang selalu ada untukmu. Aku sangat bahagia malam itu begitu juga denganmu.
Aku sangat ingat, saat kita bertengkar kecil dengan hal-hal kecil. Padahal kita berdua hanya takut kehilangan. Aku sangat ingat saat kita bertengkar Kau dan Aku sangat tahan tak saling memberi kabar berminggu-minggu bahkan sampai berbulan, kita berdua sangat sanggup memendam rindu begitu besar karena satu hal, yaitu gengsi. Kau pernah bilang padaku, “Apapun yang terjadi kamu jangan pernah tinggalin aku”. Dan aku bilang padamu “ Enggak akan pernah, ini janjiku”.
Saat itu meskipun kita dipisahkan jarak, kita tetap saling memberi kabar saling menjaga hati. Tapi entah kenapa saat itu jarak membuatku sangat takut kehilanganmu, sering kali aku cemburu tanpa alasan. Dengan kecemburuanku Aku sering kali mengajakmu bertengkar tanpa alasan yang tak pernah Kau tau, aku cemburu tapi Aku tak pernah jujur padamu kalau Aku cemburu. Selalu diam, memendam kecemburuanku. Hingga pada akhirnya ketakutanku membuatku bertindak tak masuk akal, Aku memutuskan meninggalkan mu tanpa sebab. Karena Aku tak tahan setiap hari Aku cemburu dan tak bisa kukatakan padamu. Jarak pada saat itu membuatmu sangat kecewa padaku, bertahun-tahun Kau menungguku tak pernah ada kabar. Hingga pada akhirnya Kau menyerah dan kembali melanjutkan hidup. Kau bertemu orang lain, seperti pertama kali kita bertemu sekarang kau milik orang lain lagi. Mungkin sekarang Kau telah melupakanku dan hidup bahagia bersamanya.
Di senja ini, langit berwarna jingga. Dengan tenggelamnya matahari akan menciptakan kegelapan. Tapi aku percaya setelah kegelapan akan ada terang yang indah. Aku berjanji suatu saat jika hati ini terisi lagi Aku tak aka mengecewakannya seperti yang lalu, Aku tak akan membiarkan Dia jatuh kepelukan orang lain lagi.
Terimah kasih buat kamu.....

Selesai.

Senin, 25 September 2017

MAJU MUNDUR


Sejak malam itu Aku putuskan untuk hidup tanpa rasa bahagia, sejak malam itu Aku putuskan untuk mengosongkan hati, sejak malam itu Aku belajar bagaimana cara melupakan dan sejak malam itu hidup Aku seperti orang biasa yang tak punya hati. Aku berhenti tersenyum , Aku berhenti tertawa, Aku berhenti untuk menciptakan kebahagian buat orang lain. Hidupkupun berjalan begitu saja tanpa rasa apapun. Jika Aku bilang hari ini cukup menyenangkan berarti itu adalah salah satu kebohongan hatiku. Kamu, iya kamu. Sejak kamu putuskan untuk pergi dari hidupku malam itu, Aku terpuruk jatuh, semangatku runtuh, meskipun Aku yang terlebih dulu meninggalkanmu tanpa sebab, tapi bukan ini yang Aku mau. Kamu ikut-ikut meninggalkanku, maafkan Aku yang egois.
Setidaknya Kamu tau bahkan bumi lebih tau bahwa hatiku hanya ada satu untukmu, setidaknya Kamu mengerti dan harus jauh lebih mengerti bahwa selama ini Aku habiskan waktu hanya  untukmu, bukannya kamu pergi bersama orang lain yang membuat Aku patah sepatah-patahnya dan kini Aku terluka bahkan sempat hancur karena kau telah meruntuhkan mimpiku untuk mendapatkanmu.
 Ntahlah, entah sudah berapa lama Aku menyukaimu, yang Aku ingat waktu itu Aku tak sengaja melihat senyum indah itu. Senyum yang ku lihat bahagia bersama orang lain, senyum lepas, senyum yang sampai saat ini selalu menghantui fikiranku, senyum yang kini membuat rindu yang menyesakkan dada, senyum yang akhirnya bukan milikku lagi.

***

Sudah selarut ini pemuda yang bernama Rio itu tak kunjung masuk kedalam kamarnya, ia masih berada di beranda depan rumahnya dengan di temani rintikan hujan, waktu menunjukkan pukul 00:30 Wib. Udara malam  itu begitu menusuk, ntah apa yang Rio lamunkan wajahnya tampak begitu sedih, seperti ada yang hilang dari hidupnya. Sesekali ia memejamkan matanya  dan menghelahkan nafas dengan ekspresi wajah tampak menggambarkan penyesalan. Tak lama kemudian ia mengambil ponsel dari saku celananya dan melihat sesuatu dari ponselnya dan sekali lagi ia memejamkan matanya dan menghela nafas panjang. Sungguh, wajahnya tampak begitu sedih, hatinya sakit melihat sebuah foto seorang gadis bersama seorang laki-laki berfose menggambarkan telah menjalin hubungan. Gadis itu adalah seseorang yang pernah dekat dengannya di masa lalu, tepat tiga tahun yang lalu ia mengenal gadis itu, hingga keduanya memiliki rasa yang sama “Cinta”. Hanya saja Rio tak berani mengungkapkan perasaannya pada gadis itu, rasa cintanya hanya bisa ia tuangkan lewat perhatiannya dengan gadis itu. Sementara gadis itu selalu menunggu-nunggu pemuda itu mengutarakan perasaannya, hingga sampai tahun pertama mereka dekat Rio tak juga berani mengungkapkannya, gadis itupun mulai berfikir apakah Rio tak menyukainnya, apakah rio hanya menganggapnya teman. Setiap saat mereka selalu berkomunikasi selalu mengisi kekosongan satu sama lain. Hingga suatu  hari  di tahun kedua Rio menyakiti hati gadis itu dengan menghilang tanpa sebab apapun, gadis itu mencoba menghubungi Rio, tetapi Rio tak pernah mengangkat dan membalas pesan dari gadis itu. Ntah karena alasan apa Rio menjauhi gadis itu yang jelas ia takut menyakiti gadis itu dengan harapan harapan yang diberinya, Rio terlalu takut mengutarakan isi hatinya, hingga ia mengambil keputusan untuk menjauhi gadis itu, padahal jauh di lubuk hatinya ia sangat mencintai gadis itu, Rio menyiksa dirinya sendiri dengan cara menjauhi gadis itu. Hari harinya dipenuhi rasa rindu yang berkepanjangan, begitu pula gadis itu ia begitu sedih bercampur kekecewaan yang mendalam, hingga saat ini gadis itu menganggap Rio adalah laki-laki yang pengecut. Pada tahun ketiga, barulah timbul penyesalan di benak Rio setelah melihat gadis yang dicintainnya itu telah bersama orang lain. Semua telah terjadi ia hanya bisa meratapi semuanya yg telah terjadi.
Hujan pun tak kunjung redah,waktu pun semakin larut. Seolah olah tubuhnya telah kebal dengan dinginnya udara malam yang begitu menusuk.
“Yo, kamu sedang apa di luar, ayo masuk! udah malam,”. Tegur ibu Rio.
“Iya, bu”. Rio pun langsung masuk tapi tak segera tidur,ia bersandar di atas ranjangnya seolah fikirannya menerawang jauh ke masa lampau dan sesekali ia bergumam pelan,

 “ Kenapa, kenapa aku bisa sesayang ini padamu,kenapa aku tak bisa sedikitpun melupakanmu, kenapa aku sakit setiap teringat kamu, kenapa,kenapa?”. Suara lirih yang keluar dari mulut rio membuat airmatanya ikut menetes.
***
Kisah cinta Rio emang tergolang aneh bahkan mungkin tak pernah dialami oleh siapapun, dia mengenal seorang gadis 3 tahun lalu dan kenal hingga dekat lebih dari seorang sahabat tapi tak pernah bersama, hanya dalam komunikasi mereka akrab, hanya dalam komunikasi mereka saling melengkapi, rasa takut dan canggung Rio ketika bertemulah yang membuat mereka tak saling bertatap muka, perasaan menggebu gebunya lah yang membuat dia tak bisa mengontrol detak jatungnya ketika bertemu gadis itu. Sempat diawal mereka dekat mereka bertemu beberapa kali dan itu pun tak banyak kata yang keluar dari mulut Rio, jatungnya terus berdetak keras, sebelum ia memulai pembicaraan dan akhirnya keduannya saling bungkam meskipun gadis itu berani tapi terkalahkan dengan sikap Rio yang canggung membuat gadis itu segan dengannya. Dengan kedaan itulah Rio memutuskan untuk menjaga gadis itu dari kejauhan dengan cara menjauhinya. Ya, sikap Rio memang salah tapi ia tak mau membuat gadis itu berharap lebih padannya meskipun Rio sangat mencintai gadis itu, Rio menganggap ia tak bisa seperti laki laki lain yang bisa membuatnnya bahagia selalu berada didekat gadis itu setiap saat, jatung nya tak bisa di kontrol ia selalu merasa berdebar hebat di didepan gadis itu, hingga dia memutuskan mejauhi gadis itu, aneh bukan. Mungkin sebagian orang itu menganggapnya suatu hal yang gak dimasuk akal perasaan canggung pada orang yang kita sukai itu wajar, toh lama kelamaan bakal terbiasa. Tapi kali ini lain halnya dengan Rio, semakin ia cinta semakin dia tak bisa mengendalikan perasaannya.
***

Sampai akhirnya rio tertidur dalam lelapnya. hingga sang fajar kembali menerangi bumi, ia terbangun dan ingat bahwa hari ini adalah hari perpisahan sekolahnya. ia bergegas menuju kamar mandi, tiba-tiba kakinya tertahan dan berbalik arah ke ranjang tidurnya dan melihat ponsel yang tergeletak diatasnya, diraihnya ponsel itu dan di lihatnya lalu diletakkannya kembali dengan ekspresi kecewa, ternyata ia melihat kotak pesan tetapi tak ada satu pesan pun yang masuk, ia masih berharap gadis itu mengirim pesan sekedar mengucapkan selamat atas acara perpisahannyaa di sekolah karena acara itu adalah moment penting buat Rio.
Acara perpisahan pun selesai, sekali lagi ia menatap ponselnya tapi tak satu pesanpun yang masuk. hingga malam harinya ia akan beranjak tidur terdengar suara nada pesan dari ponsel Rio dan ia buru buru membukanya.
“Selamat ya atas perpisahannya”. Pesan singkat yang tertulis itu dapat membuat senyum dibibir Rio.
“Akhirnya ia muncul”. gumam rio dalam hati.
“Ini betul kamu?”. balas Rio tak percaya kalau gadis itu yang mengirim pesan karena sudah lama gadis itu tak ada kabar dan yang Rio tau gadis itu telah bahagia bersama pacar barunya, Rio tak percaya kalau gadis itu masih mengingatnnya.
“Jadi siapa” . Balas gadis itu.
“Enggak, masik gak percaya aja masik ingat aku”. Jawabku memperjelas.
“Hhmm, yaudahlah”. balas gadis itu sepertinya kesal.
“Aku senang kamu masih ingat, makasih ya ?”. Rio balas dengan emot tersenyum.
“Lambat”. Balasnya.
“Lambat apannya?”. Aku bingung seolah tak peka dia kesal dengan ku.
“Gak papa”. Datar.
Aku hanya membalasnya dengan ekspresi gambar sedih.
“Kenapa?”.dibalasnnya lagi.
“Maksutnya lambat apa?”.
”Gak papa,ayok tidur !!!
Rio masih tak percaya dengan kalimat di akhirnya, seolah dia masih perduli dengan menyuruh Rio tidur agar tak terlalu malam, tapi mungkin perasaan Rio saja. Bisa jadi gadis itu hanya basa basi agar segera menyudahi pembicaraannya dengan menyuruh Rio tidur, mungkin.
“Yaudah kamu duluan saja tidurnya”. Balas Rio.
“Yasudah”. Balas gadis itu singkat.
Benarkan kata kata Gadis itu hanya basa basi agar segera menyudahi obrolan singkat itu, Rio saja yang terlalu ke geeran menanggapinya.

Tiada satu kosa katapun yang terukir, yang jelas malam itu dia rindu. Rindu yang terlalu panjang. Dalam hidup keberanian sangat penting, terutama keberanian mengungkapkan perasaan. Mengendalikan hati bukan prihal mudah mengingat hati selalu berhubungan erat dengan jantung. Ini cerita tentang seorang pemuda yang berusa keras membangun keberaniannya demi memperjuangkan sebuah hati dan meredam seonggak jantung yang terus berkontraksi hebat.

***
”Saya pamit!”. sebuah pesan yang di kirim buat gadis itu.
“Maksut kamu”. balas gadis itu.
“ Jaga diri baik-baik”. Balas rio.
“Maksutnya apa?”. Tanya gadis itu lagi.
“(Rio tak membalas)”.
“Maksutnya apa kok gak di balas”. Balas gadis itu bingung.

Segera bangkit pemuda itu dari duduknya dan mengambil tas ransel besar di sampingnya. dengan memandangi ponsel yang digenggamnya dan melihat di keadaan disekitar dengan wajah yang memang ingin  pergi jauh.

“Rio pergi ya bu”. Pamit Rio pada ibunya.
“Kamu yakin nak, kamu baik-baik disana”. Peluk ibunya sambil menangis.
“Rio janji bakal pulang bu”. Jawab rio.

Ntah apa yang dibenak pemuda tanggung itu, demi melupakan masa lalunya ia rela pergi jauh meninggalkan keluarga yang sangat ia cintai, terkadang cinta bisa membuat orang rela melakukan apapun, walaupun ntah bagaimana caranya ia bisa bangkit atas rasa sakit karena cinta. Yang jelas saat itu dengan kepergiannya dia yakin akan muda melupakan tentang apa yang pernah terjadi dengan hatinya. Meskipun begitu sakitnya, dia tetap menjalaninnya.
“Kamu dimana?”. Lagi-lagi pesan masuk dari gadis itu.
“Aku dirumah”. Jawab Rio berbohong.
“SERIUS. bohong !!.” Jawab gadis itu tak percaya.
“Beneran”. Jawab Rio singkat.
“Ntahlah, terserah”. Jawab gadis itu singkat. Gadis itu merasa kesal karena dia tau kalau rio sedang berbohong, meskipun gadis itu tampak tak perduli tapi dia merasa cemas, merasa ingin tahu keadaan pemuda itu. Sejujurnya gadis itu masih menyayangi pemuda itu.
***
Setelah satu tahun pemuda itu berada ditempat barunya, sejak kepergiannya saat itupun komunikasi terakhir dengan gadis itu. Malam itu belum terlalu larut, Rio baru pulang dari aktivitasnya, tampak lelah di wajahnya. Sambil duduk kearah balkon atas tempat kosnya, dia menatap jauh kearah depan yang kebetulan sebuah danau indah meskipun saat itu malam tapi tampak lampu-lampu di pinggiran danau terlihat indah dilihat.
“Kamu dimana?”. Tiba-tiba satu pesan masuk yang mengingatkan pemuda itu kemasa lalunya. Dia melihat pesan itu terus menerus berusaha meyakinkan apa yang dia lihat.
“Jauh”. Balas Rio singkat.
“Ya dimana?. Balas gadis itu.
“ Kamu gak akan tau.”
“Ya gak akan tau kalau kamu gak kasih tau”. Balas gadis itu.
“Sudahlah, tak usah perdulikan saya lagi”. Jawab rio berusaha tak terbawah perasaan.
“ Saya selalu salah dimatamu, sebenarnya apa salah saya dengan mu”. Balas gadis itu.
“Kamu gak salah”. Jawab Rio
“Trus sekarang kamu dimana”. Tanya gadis itu lagi.
“Saya jauh”. Jawab singkat rio lagi.
“Jauhnya ya dimana, saya mohon bilang kamu dimana”. Jawab gadis itu memohon.
“Kalau saya jawab, apa kamu peduli?”. Balas Rio.
“Kenapa kamu ngomong gitu?”. Tanya gadis itu.
“Gak papa, sudahlah lupakan saja!”. Jawab Rio.
“Sekali lagi saya tanya kamu dimana?”. Tanya gadis itu sedikit tegas.
“Saya berada ditempat yang pasti jauh dari kamu, yang pasti takkan melihat kamu.” Jawab Rio.
Gadis itu kesal dengan jawaban Rio yang seakan mempermainkannya, hingga gadis itu tak membalas pesan Rio lagi.

Oh, Tuhan ada apa dengan dua anak manusia ini, terlalu keras hati mereka. Hingga tak ada salah satu yang mengalah. Padahal sesungguhnya keduannya masih saling membutuhkan. Takdir apa yang mereka jalani ini. Rindu yang dipendam seakan mengalahkan segalahnya. Sungguh kuat hati kedua anak manusia ini.
Cinta,
Bukan hanya kata manis dari buah bibir semata, bukan hanya sesuatu yang hanya ingin di miliki, bukan hanya sesuatu yang perlu di perjuangkan dan bukan hanya kiasan klasik yang harus di pertahankan dari zaman ke zaman, tapi ini kisah dari seorang anak manusia yang mampu memendam perasaannya demi kebahagian seseorang yang di cinta, mengorbankan seluruh perasaannya dan memberikan seluruh waktunya.
***
Satu tahun berlalu.
Sepertinya malam cerah, bintang bertebaran tak teratur tapi yang jelas langit tampak indah, banyak kendaraan berlalu lalang di dijalanan bahkan lebih dari malam-malam sebelumnya, para manusia sibuk tak ingin ketinggalan menyaksikan pergantian tahun malam itu. Sementara seorang pemuda yang memperhatikan manusia-manusia lain yang sedang sibuk pada malam itu teringat sesesorang yang jauh dari pelupuk matanya. Di bukanya ponsel ditelusuri satu persatu sosmednya agar menghilangkan sedikit kebosanannya. Tiba-tiba matanya melihat sesuatu yang sebenarnya tak pernah di inginkannya. Foto itu lagi. Yah, foto yang gak pernah ia ingin lihat, foto yang cukup menggores luka di jantungnya, foto yang dia rasa cukup membuatnya yakin benar-benar melupakan.
“semoga kamu bahagia bersama dia”. Gumam Rio dalam hati.
Dan akhirnya pemuda itu benar-benar yakin melupakanya, gadis yang pernah berarti di hidupnya, gadis yang pernah menjadi tujuan untuk dibahagiakannya. Malam itu dihapus semua tentang masa lalunya.
“Yo, cepat acara kembang apinya mau dimulai, ayoolah!, bengong aja lo dari tadi”. Ajak teman-teman Rio yang ingin menikmati malam yang tak ingin di lewatkan semua orang.
“iyahh”.
“minggu depan lo jadi balik ya?”. Tanya salah satu teman Rio.
“iya kayaknya, tapi ntah lah gak tau” jwb Rio
“lo gimana sih, katanya mau pulang. Kok jadi gak jelas begini.” Temen Rio bingung.
“sudahlah, kita nikmati aja malam ini”. Jawab Rio tak ingin membahas tentang kepulangannya.
Akhirnya malam itu dilewati para manusia dengan kebahagian, meskipun lain halnya dengan hati Rio, tapi dia berhasil mengendalikan rasa sakit di hati. Malam itu pun berlalu, seperti berlalunya rasa yang dilaluinya.

***
”Kamu kapan pulang?”. Lagi-lagi gadis itu muncul di pesan Rio, ntah apa maksut gadis itu.
“Kenapa kamu tanya gitu”. Jawab rio
“Aku ingin ketemu”. Jawab gadis itu sontak membuat rio tak percaya.
“Ntah aku gak tau”. Jwb rio.
“aku kangen”. Balas gadis itu.
“Kayaknya aku gak akan pulang lagi”. Jawab rio.
“Kenapa?”. Balas gadis itu.
“Gak ada yang menjadi alasan aku untuk segera pulang”. Jawab Rio spontan.
“Yaudahlah”. Kata gadis itu kecewa.
Kebohangan apa lagi yang mereka tutupi, sunggu kuat hati mereka, hingga sangat kokoh seperti seonggak batu. Bahkan, dunia sangat kesal dengan kebohongan hati mereka. Ayolah, jika salah satu mengalah tak perlu serumit ini. Tak perlu mencari orang lain hanya untuk mengisi hati yang sebenarnya sudah ada penghuninya. Yah, gadis itu bukan telah menemukan pengganti Rio, hanya saja gadis itu mencari pelampiaskan untuk mengisi kekosongan yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Ya, Rio lah yang gadis itu tunggu, tapi Rio tak kunjung mengungkapkannya, hingga gadis itu terpaksa menerima orang lain, demi mengisi kekosongan hati.
“Jam berapa Bus lo berangkat?”
“Jam 20:00 ,sebentar lagi”. Jawab Rio pada temannya.
“Kami bakal kangen lo”. Kata teman-teman Rio.
“Aku gak akan lupa kok”.
“Sering-sering kasih kabar ya?”
“Iya pasti”.
Akhirnya, bus Rio berangkat. Dia duduk di samping jendela bus. Pukul 20:30 bus jalan. Sepanjang perjalanan mata rio tak henti menghadap kejendela, dipandangnya kota yang dipenuhi lampu jalan itu, matanya menerawang jauh. Ada tempat yang ditinggal ada hati yang dituju ada seseorang yang tak mau ditemui. Bagaimana hati ingin bersatu, jika masing-masing hati saling disembunyikan. Ntah bagaimana rasa yang dirasakan malam itu mungkin pemuda itu patah sepatah patahnya. Yang di rasa malam itu haya sakit,rindu menusuk kalbu.

***
Pagi yang cerah secerah hati kedua orang tua Rio yang bahagia kini anak kesayangan mereka telah kembali di dekat mereka. Bagaimana mungkin mereka rela melepas anak semata wayangnya itu pergi jauh-jauh dari mereka.
“Yo Ibu sama Ayah mau bicara sama kamu”. Tiba-tiba Ibu Rio memecahkan suasana hening pagi itu saat mereka sedang menikmati sarapan pagi.
“Iya Bu”. Jawab Rio.
“Ibu tau, kamu baru saja pulang semalam tapi ini kayaknya tepat kalau ibu dan ayah bicara tentang kelanjutan pendidikanmu nak, ayah dan ibu ingin kamu kuliah tahun ini. Tapi, ibu dan ayah ingin kamu kuliah yang dekat dari kami, kamu setujukan nak?”. Tanya ibu Rio.
“Hhmmm, rio terserah ibu. Rio akan ikut semua kata ibu”. Jawab rio yang pasrah karena dia sudah putus asah.

Ternyata ini rencana Tuhan, Rio tak menyangka kalau kedua orang tuanya memilihkan Universitas yang sama dengan gadis itu berkuliah. Sepertinya cerita baru akan di mulai hanya saja tertutupi dengan keegoisan hati anak manusia ini. Sepanjang malam Rio tak lepas memikirkan apa yang akan terjadi kedepan. Ia tak ingin bertemu dengan gadis itu lagi, ia telah menganggap masa lalu itu mati. Ia selalu berdoa agar ia tak akan pernah bertemu gadis itu. Rio tak pernah memberi tahu gadis itu kalau kini Rio berada dekat disekeliling gadis itu. Sudah 3 bulan Rio menjalani kuliah barunya, tapi tak pernah bertemu gadis itu. Justru itulah yang Rio mau, jangan pernah ketemu gadis itu. Siang itu langit begitu cerah, matahari memancarkan cahayanya begitu bersemangat, tepat siang itu Rio Servis motornya seperti biasa setiap bulanya.
“Dimana sekarang??”. Ponsel Rio bergetar, setelah melihatnya ternyata pesan gadis itu lagi.
Astaga manusia ini lagi”. Gumam Rio dengan getaran jantung yang spontan berdetak tiba-tiba.
“Dirumah”. Jwab rio.
“Serius!”.
“Iyah serius”.
“Kuliah sekarang kan?”.
“Enggak”.
“Serius kenapa!”
“Iyah kuliah, knpa?. Tanya Rio.
“Kenapa gak bilang?”
“Buat apa?”.
“Ok, aku tau, aku gak penting lagi buat kamu, tapi setidaknya bilang kalau kamu masih anggap aku temen. Bisa kan?”. Balas gadis itu.
“(Rio hanya bisa diam tak membalas pesan gadis itu)”
“Besok kita ketemu, aku tunggu didepan rumah! Titik”. Tegas gadis itu.
“Tapi..” balas rio.
“Gak ada tapi-tapian”.

Yaaa tuhan, jantung itu berkontraksi lagi. Satu tahun jantung itu berhenti berdetak, mukjijat apa lagi ini? Getarannya semakin kencang bahkan detakan terhebat apapun tak bisa menandinginya.
“Apa ini ? patah hati yang tak berhak. Jika kau tau hati ini yang sebenarnya apa akan sepatah ini hatiku ?. Tak perlu aku bohong sejauh ini, mengutuk hatiku sendiri demi mencintaimu, orang yang salah. Saat ini kau mungkin sedang bahagia bersama manusia lain, kecuali aku. Tidak, aku tak ingin bertemu kamu”. Jerit Rio yang memecahakan malam yang begitu sunyi.
***
“Lo yakin mau ketemu dia hari ini ?”. Ebi berusaha meyakinkan rio sekali lagi.
“Ntah lah”. Jawab Rio
“Ok, yang penting lo harus bersikap biasa aja di depannya nanti”.
“Sudahlah, aku ada jam kuliah 5 menit lagi, kita bahas ini nanti aja kalau aku udah ketemu dia nanti ku ceritakan”.

Tuhan oh tuhan, jika ini rencanamu. Coba berikan ending yang tak akan menyakiti siapapun, pemuda ini hanya ingin lepas dengan bebas tanpa ada hati yang tertinggal.
“Kamu dimana?, aku udah di depan rumah”. Pesan singkat dari Rio dan tak lama kemudian gadis itu keluar dari rumahnya.
Astaga... setahun lebih dia tak bertemu, terakhir kali dengan seragam putih abu-abu. Kini gadis itu tampak berbeda tampak lebih cantik seperti hatinya yang dulu.
”Yuk!”. Ajak gadis itu.
Rio pun segera membawa sepeda motornya menuju taman kota yang dulu selalu mereka kunjungi. Yah, beberapa tahun yang lalu.
”Sebenernya kamu kenapa?”. Tanya gadis itu.
“Kenapa? Emngnya aku kenapa? Aku gak kenapa-kenapa”.
”Awalnya aku kira kamu gak akan diam lama-lama sama aku, tapi setelah aku tunggu-tunggu kabar dari kamu gak muncul juga, makin hari makin menghilang”.
“Ya buat apa lagi, ya kan udah ada orang lain”.
“Orang lain apa maksut kamu?”.
“Ehhmm, gak kok, gk apa-apa, maksutnya disini banyak orang lain yang datang juga ya”. Jawab rio mengalihkan pembicaraan dengan gugup.
“Hhhh.. gak berubah juga ya, gak pernah tanggung jawab dengan omongan sendiri”. Gadis itu tampak kecewa.
“(Rio hanya bisa diam)”.
Hampir satu jam dua anak manusia ini hanya diam, tak ada satupun yang memulai pembicaraan Suasana hening, tak saling berpandangan hingga Rio mengantar gadis itu pulang di perjalananpun keduanya hanya diam.
***
Ketemu orang lain,,,
Suasana begitu tampak ramai hingga aula yang begitu luas penuh di padati oleh ratusan mahasiswa-siswi yang hari itu di adakan kuliah umum. Suasana begitu hikmat mendengarkan narasumber di depan.
“Yo, kamu duduk disini aja”. Ucap Ine temen kampus Rio.
“Oh iya ine makasih”.
Ine adalah gadis cantik yang kebetulan satu ruangan dengan rio, wajahnya yang berparas seperti indo-arab dengan hidungnya yang mancung, bibirnya yang kecil, kulitnya yang mulus serta hatinya yang baik seperti layaknya malaikat membuat para pemuda jatuh hati. Tetapi walaupun begitu sampai saat ini ine belum mempunyai pacar dan Rio tak pernah menyadari kecantikan ine karena terlalu sibuk dengan masa lalunya yang tak kunjung selesai.
“Acaranya bagus ya”. Ucap Ine yang tak sengaja tangannya memegang tangan Rio yang disebelahnya. Sementara rio terkejut dengan menatap wajah ine, mereka saling berpandangan. Tak pernah mereka mengerti terutama Rio kenapa ada sesuatu yang aneh seakan tatapannya tak ingin di hentikannya. Akhirnya mereka tersipu malu membuang tatapan mereka dengan saling membelakangi wajah mereka masing-masing, akan tetapi tangan mereka tak saling lepas malah makin erat digenggam.
Ada apa dengan dua anak manusia ini, apa yang terjadi. Apakah Rio jatuh hati pada gadis yang bernama ine ini dan apakah Rio telah berhasil move on dari masa lalunya, memang selama ini Rio tak pernah menyadari ada ine disekitarnya meskipun setiap hari mereka bertemu dan saling bicara tapi hari itu saat di dalam aula hatinya berkontraksi seakan kedua magnet yang berlainan kutubnya saling menyatu. Sejenak masa lalu rio seakan sirna difikirannya.
***
”(rindu)”. Satu pesan singkat dari gadis masa lalunya masuk di ponsel Rio.
“Maksutnya ?”. Balas Rio.
“Rindu kata-kata yang selalu kamu kirim setiap malam”. Balasnya.
“Semua itu kan udah berlalu, dan sekarang kamu udah ada orang lain kan?”. Balas Rio.
“Orang lain, siapa?”. Balas gadis itu
“Ya enggak tau”. Balas Rio.
“Kamu kenapa sih?”.
“Gak papa, sudahlah lupakan aja”. Balas rio.
(Jika kamu tau kalau hati ini masih untukmu, adai kamu tau saat aku kembali tujuan ku Cuma satu yaitu, kamu. Taukah kamu sejauh aku pergi berniat melupakanmu tetap saja aku ingin kembali padamu. Tap/i kenapa saat aku kembali hatimu telah terisi orang lain, yang membuat aku terpaksa mundur dengan serpihan hati yang hancur. Bahkan kau tetap menyiksaku dengan kehadiranmu yang selalu muncul di tengah usahaku merintis kebahagian tanpamu.)
***
“Tugas kita buat persentasi besok udah siapkan?”. Tanya ine.
“Udah kok”.
“Aku percaya sama kamu, aku beruntung bisa satu kelompok denganmu”. Jawab Ine.
“ Kamu ini, biasa aja ah”. Jawab Rio.
“Aku serius, dari awal aku ketemu kamu aku udah ngerasa ada yang beda dari kamu. Kamu baik”. Ungkap Ine.
“Ineeee..” .jawab rio sambil melihat Ine.
“Hmmm, sudah yuk! Ada buku yang kurang untuk bahan tugas kita. Perpus 30 menit lagi tutup”. ajak ine mengalihkan pembicaraan.
Sepertinya ada hati disebuah pertemanan singkat ini, persoalan apa lagi yang akan terjadi, akankah cinta semudah itu dilupakan karena orang lain. Sepertinya pemuda itu harus melanjutkan hidupnya.
“Yo ini benar bukunya kan?” tanya ine.
“Iya, benar”. Tak sengaja rio menyentuh tangan ine saat ingin melihat buku yang dipegang ine dan mereka saling bertatapan.
“Ehmm,kamu lapar gak, aku lapar nih. Kekantin yuk”. Ajak ine yang sontak gugup dalam kondisi terbawah suasana dan mengalihkan kondisi dengan mengajak Rio kekantin. Rio hanya diam memanggut-manggutkan kepalanya sebagai arti menyetujui ajakan ine.
“Pelan-pelan makannya!”.
“Hehe”. Ine hanya tertawa.
“Aku boleh tanya sesuatu?”. Rio bertanya kepada ine.
“Boleh, mau tanya apa?”.
“Apa gak ada yang marah kita berdua begini?”. Tanya rio.
“Loh, kok tiba-tiba gitu kamu nanyaknya, memangnya siapa yang marah?”. Ine malah bertanya kembali.
“Yahhh, pacar kamu?”.
“Pacar?”.
“Iya, pacar kamu”.
“Aku gak pernah punya pacar”.
“Aku gak percaya, wanita secantik kamu gak pernah punya pacar sampai sekarang”.
“Sebenernya sih dulu sempet pernah deket dengan seseorang, dan kejadian itu udah lama saat aku SMP, sekarang kami udah beda keadaan, dan udah lama dilupakan. Aku juga gak tau sebut kedekatan itu apa”. Jelas ine.
“Tapi sekarang masih komunikasi kan?”. Tanya rio
“Sempet minggu lalu dia hubungi aku”.
“ Terus ?”.
“Ya gak gimana-gimana, ya sekarang Cuma temenan”.
“Ouww”.
”Nanti pulang bareng ya?”. Ajak Ine.
“Tapikan arah rumah kita beda”.
“Tapikan arah dari Fakultas kita menuju gerbang keluar kampus sama kan?”. Jawab Ine.
“Kamu ini bisa aja kalau bercanda”.
“Jadi gimana mau bareng gak?”.
“Iya-iya”.

Jam kuliah telah habis, ine dan rio pulang beriringan dengan sepede motor milik mereka masing-masing dan saling bercanda dengan senyuman dan tatapan yang bahagia. Sebelum sampai gerbang kampus tiba-tiba mata rio mengarah di sebuah fakultas lain dan tampak seorang wanita  duduk seorang diri diantara kerumunan orang. Seperti tak asing baginya, benar saja itu adalah gadis masa lalunya. Tak sengaja juga spontan gadis itu melihat rio bersama orang lain yang membuat raut wajah gadis itu berubah raut wajah sedih. Sementara rio seperti kembali kemasa lalu saat melihat gadis itu, tetapi dia berusaha menerima kenyataan kalau gadis itu bukan miliknya lagi dan menepis pandangan itu.
“Kamu kenapa yo”. Tanya ine
“Gak papa kok ine”.
“Beneran?, kamu liatin apa sih dari tadi?”. Tanya ine bingung.
“Gak, enggak papa, aku liatin masa depan kita”. Jawab rio bercanda.
“Rio bercanda dehh”.
“Hehe, iya maaf”.

Bahkan sesakit-sakitnya teriris pisau pun dapat disembuhkan, tapi walaupun diberi obat terbaikpun hati tak bisa disembuhkan. Sampai kapan luka ini tetap menganga tanpa ada tanda-tanda mengering sedikitpun. Yang terluka bahkan hampir mati menahan sakit yang berkepanjangan.
***
“Hari ini pulang bareng ya, ku tunggu”. Pesan dari gadis masa lalu.
Apa maksut gadis itu, tiba-tiba ingin ketemu. Bagaimana rio menolaknya kalau sebenernya hatinya juga menginginkannya.
“Jam berapa?”. Tanya rio
“Jam 4”.
“Baiklah”.
Akhirnya waktupun cepat berlalu,
“Udah lama nunggu”. Tanya rio dengan jantung yang berkontraksi.
“Baru aja, yuk! “. Ajak gadis itu.
“Sekarang susah untuk sekedar ketemu”. Tiba-tiba terlontar kalimat dari gadis itu.
“(rio hanya terdiam)”.
“Aku tau ada orang lain”. Kata gadis itu.
“Orang lain?”. Tanya rio.
“Iya orang lain”. Jelas gadis itu.
“Bukannya kamu?”. Tegas rio
“Iya aku, itu karena kamu pengecut”.
“Pengecut?”
“Kamu pengecut untuk memperjuangkanku”.
“(hanya diam)”.
“Kamu gak ngerti”. Kata rio.
“Kamu yang enggak ngerti”. Tegas gadis itu.
“(hanya diam)”.
“Seandainya waktu itu kamu sedikit lebih cepat, pasti aku pilih kamu. Awalnya aku ingin menunggu, tapi aku berfikir harus berapa lama untuk menunggu orang yang tak pernah punya kepastian seperti kamu. Meskipun aku cinta, tapi akhirnya aku lebih memilih untuk dicintai dari pada mencintai”. Ungkap gadis itu.
“(rio tak henti menatap gadis itu)”.
“Aku udah mengihklaskanmu, tapi entah mengapa hati ini sakit melihat kau bersama orang lain”. Ungkap gadis itu lagi.
“Orang lain?”. Tanya rio.
“Kemarin”.
“Cuma teman”. Jelas rio.
“Aku mohon janji satu hal sama aku”
“Apa?”
“Jangan pernah tinggalin siapapun lagi, terutama orang-orang yang dekat denganmu nanti. Sepertinya wanita itu baik”.
“Yahh, dia memang baik”. Jawab rio
“Hmm”. Gadis itu hanya menghela nafas.
“Kamu juga janji sama aku”.
“Apa?”. Tanya gadis itu.
“Kamu harus bahagia, meskipun bukan dengan aku”. Jawab rio.
“(gadis itu hanya menangis)”.

Sepertinya itu pertemuan terakhir mereka. Jika sekedar mencintai harus serumit ini, apakah keselahan terbesar dalam permasalahan mereka adalah keterlambatan mengungkapkan perasaan. Mungkin rio selalu terlambat dalam  hal hati. Mungkin ini adalah terakhir kali rio mencintai, ia mencintai gadis itu. Perkenalan yang cukup lama, kedekatan yang cukup lama namun mencintai yang hanya sekejab.
Cinta butuh keberanian, butuh kesiapan. Jika tak memiliki keberanian seumur hidup kamu akan menyesalinya. Itulah akhir dari cinta mereka. Mungkin ada seseorang yang akan bertanya alasan apa yang membuat pemuda itu meninggalkan gadis itu. Yahhhh, pemuda itu CEMBURU, cemburu yang gak pernah dikatakan pada gadis itu. Pemuda itu mundur saat dia tau gadis itu telah bersama orang lain, ia tak perduli apakah gadis mencintai pemuda itu ataukah hanya jadi pelampiasan dirinya. Yang jelas hanya pergi menjauh yang ia lalukan pada saat itu. Fikirannya tak bisa berfikir positif, yang ia rasa hatinya patah. Sejak itu pemuda itu melanjutkan hidupnya tapi bukan berarti ia berhenti mencintai dan berharap.

SELESAI........