Sejak malam itu Aku
putuskan untuk hidup tanpa rasa bahagia, sejak malam itu Aku putuskan untuk
mengosongkan hati, sejak malam itu Aku belajar bagaimana cara melupakan dan
sejak malam itu hidup Aku seperti orang biasa yang tak punya hati. Aku berhenti
tersenyum , Aku berhenti tertawa, Aku berhenti untuk menciptakan kebahagian
buat orang lain. Hidupkupun berjalan begitu saja tanpa rasa apapun. Jika Aku
bilang hari ini cukup menyenangkan berarti itu adalah salah satu kebohongan
hatiku. Kamu, iya kamu. Sejak kamu putuskan untuk pergi dari hidupku malam itu,
Aku terpuruk jatuh, semangatku runtuh, meskipun Aku yang terlebih dulu
meninggalkanmu tanpa sebab, tapi bukan ini yang Aku mau. Kamu ikut-ikut
meninggalkanku, maafkan Aku yang egois.
Setidaknya Kamu tau bahkan
bumi lebih tau bahwa hatiku hanya ada satu untukmu, setidaknya Kamu mengerti
dan harus jauh lebih mengerti bahwa selama ini Aku habiskan waktu hanya untukmu, bukannya kamu pergi bersama orang
lain yang membuat Aku patah sepatah-patahnya dan kini Aku terluka bahkan sempat
hancur karena kau telah meruntuhkan mimpiku untuk mendapatkanmu.
Ntahlah, entah sudah berapa lama Aku
menyukaimu, yang Aku ingat waktu itu Aku tak sengaja melihat senyum indah itu.
Senyum yang ku lihat bahagia bersama orang lain, senyum lepas, senyum yang
sampai saat ini selalu menghantui fikiranku, senyum yang kini membuat rindu
yang menyesakkan dada, senyum yang akhirnya bukan milikku lagi.
***
Sudah selarut ini pemuda
yang bernama Rio itu tak kunjung masuk kedalam kamarnya, ia masih berada di
beranda depan rumahnya dengan di temani rintikan hujan, waktu menunjukkan pukul
00:30 Wib. Udara malam itu begitu
menusuk, ntah apa yang Rio lamunkan wajahnya tampak begitu sedih, seperti ada
yang hilang dari hidupnya. Sesekali ia memejamkan matanya dan menghelahkan nafas dengan ekspresi wajah
tampak menggambarkan penyesalan. Tak lama kemudian ia mengambil ponsel dari
saku celananya dan melihat sesuatu dari ponselnya dan sekali lagi ia memejamkan
matanya dan menghela nafas panjang. Sungguh, wajahnya tampak begitu sedih,
hatinya sakit melihat sebuah foto seorang gadis bersama seorang laki-laki
berfose menggambarkan telah menjalin hubungan. Gadis itu adalah seseorang yang
pernah dekat dengannya di masa lalu, tepat tiga tahun yang lalu ia mengenal
gadis itu, hingga keduanya memiliki rasa yang sama “Cinta”. Hanya saja Rio tak
berani mengungkapkan perasaannya pada gadis itu, rasa cintanya hanya bisa ia
tuangkan lewat perhatiannya dengan gadis itu. Sementara gadis itu selalu menunggu-nunggu
pemuda itu mengutarakan perasaannya, hingga sampai tahun pertama mereka dekat
Rio tak juga berani mengungkapkannya, gadis itupun mulai berfikir apakah Rio
tak menyukainnya, apakah rio hanya menganggapnya teman. Setiap saat mereka
selalu berkomunikasi selalu mengisi kekosongan satu sama lain. Hingga
suatu hari di tahun kedua Rio menyakiti hati gadis itu
dengan menghilang tanpa sebab apapun, gadis itu mencoba menghubungi Rio, tetapi
Rio tak pernah mengangkat dan membalas pesan dari gadis itu. Ntah karena alasan
apa Rio menjauhi gadis itu yang jelas ia takut menyakiti gadis itu dengan harapan
harapan yang diberinya, Rio terlalu takut mengutarakan isi hatinya, hingga ia
mengambil keputusan untuk menjauhi gadis itu, padahal jauh di lubuk hatinya ia
sangat mencintai gadis itu, Rio menyiksa dirinya sendiri dengan cara menjauhi
gadis itu. Hari harinya dipenuhi rasa rindu yang berkepanjangan, begitu pula
gadis itu ia begitu sedih bercampur kekecewaan yang mendalam, hingga saat ini
gadis itu menganggap Rio adalah laki-laki yang pengecut. Pada tahun ketiga,
barulah timbul penyesalan di benak Rio setelah melihat gadis yang dicintainnya
itu telah bersama orang lain. Semua telah terjadi ia hanya bisa meratapi
semuanya yg telah terjadi.
Hujan pun tak kunjung redah,waktu
pun semakin larut. Seolah olah tubuhnya telah kebal dengan dinginnya udara
malam yang begitu menusuk.
“Yo, kamu sedang apa di luar,
ayo masuk! udah malam,”. Tegur ibu Rio.
“Iya, bu”. Rio pun
langsung masuk tapi tak segera tidur,ia bersandar di atas ranjangnya seolah
fikirannya menerawang jauh ke masa lampau dan sesekali ia bergumam pelan,
“ Kenapa, kenapa aku bisa sesayang ini
padamu,kenapa aku tak bisa sedikitpun melupakanmu, kenapa aku sakit setiap teringat
kamu, kenapa,kenapa?”. Suara lirih yang keluar dari mulut rio membuat
airmatanya ikut menetes.
***
Kisah cinta Rio emang
tergolang aneh bahkan mungkin tak pernah dialami oleh siapapun, dia mengenal
seorang gadis 3 tahun lalu dan kenal hingga dekat lebih dari seorang sahabat
tapi tak pernah bersama, hanya dalam komunikasi mereka akrab, hanya dalam
komunikasi mereka saling melengkapi, rasa takut dan canggung Rio ketika
bertemulah yang membuat mereka tak saling bertatap muka, perasaan menggebu
gebunya lah yang membuat dia tak bisa mengontrol detak jatungnya ketika bertemu
gadis itu. Sempat diawal mereka dekat mereka bertemu beberapa kali dan itu pun
tak banyak kata yang keluar dari mulut Rio, jatungnya terus berdetak keras, sebelum
ia memulai pembicaraan dan akhirnya keduannya saling bungkam meskipun gadis itu
berani tapi terkalahkan dengan sikap Rio yang canggung membuat gadis itu segan
dengannya. Dengan kedaan itulah Rio memutuskan untuk menjaga gadis itu dari kejauhan
dengan cara menjauhinya. Ya, sikap Rio memang salah tapi ia tak mau membuat
gadis itu berharap lebih padannya meskipun Rio sangat mencintai gadis itu, Rio
menganggap ia tak bisa seperti laki laki lain yang bisa membuatnnya bahagia
selalu berada didekat gadis itu setiap saat, jatung nya tak bisa di kontrol ia
selalu merasa berdebar hebat di didepan gadis itu, hingga dia memutuskan mejauhi
gadis itu, aneh bukan. Mungkin sebagian orang itu menganggapnya suatu hal yang
gak dimasuk akal perasaan canggung pada orang yang kita sukai itu wajar, toh
lama kelamaan bakal terbiasa. Tapi kali ini lain halnya dengan Rio, semakin ia
cinta semakin dia tak bisa mengendalikan perasaannya.
***
Sampai akhirnya rio
tertidur dalam lelapnya. hingga sang fajar kembali menerangi bumi, ia terbangun
dan ingat bahwa hari ini adalah hari perpisahan sekolahnya. ia bergegas menuju
kamar mandi, tiba-tiba kakinya tertahan dan berbalik arah ke ranjang tidurnya
dan melihat ponsel yang tergeletak diatasnya, diraihnya ponsel itu dan di
lihatnya lalu diletakkannya kembali dengan ekspresi kecewa, ternyata ia melihat
kotak pesan tetapi tak ada satu pesan pun yang masuk, ia masih berharap gadis
itu mengirim pesan sekedar mengucapkan selamat atas acara perpisahannyaa di sekolah
karena acara itu adalah moment penting buat Rio.
Acara perpisahan pun
selesai, sekali lagi ia menatap ponselnya tapi tak satu pesanpun yang masuk.
hingga malam harinya ia akan beranjak tidur terdengar suara nada pesan dari
ponsel Rio dan ia buru buru membukanya.
“Selamat ya atas
perpisahannya”. Pesan singkat yang tertulis itu dapat membuat senyum dibibir Rio.
“Akhirnya ia muncul”.
gumam rio dalam hati.
“Ini betul kamu?”. balas
Rio tak percaya kalau gadis itu yang mengirim pesan karena sudah lama gadis itu
tak ada kabar dan yang Rio tau gadis itu telah bahagia bersama pacar barunya, Rio
tak percaya kalau gadis itu masih mengingatnnya.
“Jadi siapa” . Balas
gadis itu.
“Enggak, masik gak
percaya aja masik ingat aku”. Jawabku memperjelas.
“Hhmm, yaudahlah”. balas
gadis itu sepertinya kesal.
“Aku senang kamu masih
ingat, makasih ya ?”. Rio balas dengan emot tersenyum.
“Lambat”. Balasnya.
“Lambat apannya?”. Aku
bingung seolah tak peka dia kesal dengan ku.
“Gak papa”. Datar.
Aku hanya membalasnya
dengan ekspresi gambar sedih.
“Kenapa?”.dibalasnnya
lagi.
“Maksutnya lambat apa?”.
”Gak papa,ayok tidur !!!
Rio masih tak percaya
dengan kalimat di akhirnya, seolah dia masih perduli dengan menyuruh Rio tidur
agar tak terlalu malam, tapi mungkin perasaan Rio saja. Bisa jadi gadis itu
hanya basa basi agar segera menyudahi pembicaraannya dengan menyuruh Rio tidur,
mungkin.
“Yaudah kamu duluan saja
tidurnya”. Balas Rio.
“Yasudah”. Balas gadis
itu singkat.
Benarkan kata kata Gadis
itu hanya basa basi agar segera menyudahi obrolan singkat itu, Rio saja yang
terlalu ke geeran menanggapinya.
Tiada satu kosa katapun
yang terukir, yang jelas malam itu dia rindu. Rindu yang terlalu panjang. Dalam
hidup keberanian sangat penting, terutama keberanian mengungkapkan perasaan. Mengendalikan
hati bukan prihal mudah mengingat hati selalu berhubungan erat dengan jantung. Ini
cerita tentang seorang pemuda yang berusa keras membangun keberaniannya demi
memperjuangkan sebuah hati dan meredam seonggak jantung yang terus berkontraksi
hebat.
***
”Saya pamit!”. sebuah
pesan yang di kirim buat gadis itu.
“Maksut kamu”. balas
gadis itu.
“ Jaga diri baik-baik”.
Balas rio.
“Maksutnya apa?”. Tanya
gadis itu lagi.
“(Rio tak membalas)”.
“Maksutnya apa kok gak
di balas”. Balas gadis itu bingung.
Segera bangkit pemuda
itu dari duduknya dan mengambil tas ransel besar di sampingnya. dengan
memandangi ponsel yang digenggamnya dan melihat di keadaan disekitar dengan
wajah yang memang ingin pergi jauh.
“Rio pergi ya bu”. Pamit
Rio pada ibunya.
“Kamu yakin nak, kamu
baik-baik disana”. Peluk ibunya sambil menangis.
“Rio janji bakal pulang
bu”. Jawab rio.
Ntah apa yang dibenak
pemuda tanggung itu, demi melupakan masa lalunya ia rela pergi jauh
meninggalkan keluarga yang sangat ia cintai, terkadang cinta bisa membuat orang
rela melakukan apapun, walaupun ntah bagaimana caranya ia bisa bangkit atas
rasa sakit karena cinta. Yang jelas saat itu dengan kepergiannya dia yakin akan
muda melupakan tentang apa yang pernah terjadi dengan hatinya. Meskipun begitu
sakitnya, dia tetap menjalaninnya.
“Kamu dimana?”. Lagi-lagi
pesan masuk dari gadis itu.
“Aku dirumah”. Jawab Rio
berbohong.
“SERIUS. bohong !!.” Jawab
gadis itu tak percaya.
“Beneran”. Jawab Rio
singkat.
“Ntahlah, terserah”. Jawab
gadis itu singkat. Gadis itu merasa kesal karena dia tau kalau rio sedang
berbohong, meskipun gadis itu tampak tak perduli tapi dia merasa cemas, merasa ingin
tahu keadaan pemuda itu. Sejujurnya gadis itu masih menyayangi pemuda itu.
***
Setelah satu tahun
pemuda itu berada ditempat barunya, sejak kepergiannya saat itupun komunikasi
terakhir dengan gadis itu. Malam itu belum terlalu larut, Rio baru pulang dari
aktivitasnya, tampak lelah di wajahnya. Sambil duduk kearah balkon atas tempat
kosnya, dia menatap jauh kearah depan yang kebetulan sebuah danau indah
meskipun saat itu malam tapi tampak lampu-lampu di pinggiran danau terlihat
indah dilihat.
“Kamu dimana?”. Tiba-tiba
satu pesan masuk yang mengingatkan pemuda itu kemasa lalunya. Dia melihat pesan
itu terus menerus berusaha meyakinkan apa yang dia lihat.
“Jauh”. Balas Rio
singkat.
“Ya dimana?. Balas gadis
itu.
“ Kamu gak akan tau.”
“Ya gak akan tau kalau
kamu gak kasih tau”. Balas gadis itu.
“Sudahlah, tak usah
perdulikan saya lagi”. Jawab rio berusaha tak terbawah perasaan.
“ Saya selalu salah
dimatamu, sebenarnya apa salah saya dengan mu”. Balas gadis itu.
“Kamu gak salah”. Jawab
Rio
“Trus sekarang kamu
dimana”. Tanya gadis itu lagi.
“Saya jauh”. Jawab singkat
rio lagi.
“Jauhnya ya dimana, saya
mohon bilang kamu dimana”. Jawab gadis itu memohon.
“Kalau saya jawab, apa
kamu peduli?”. Balas Rio.
“Kenapa kamu ngomong
gitu?”. Tanya gadis itu.
“Gak papa, sudahlah
lupakan saja!”. Jawab Rio.
“Sekali lagi saya tanya
kamu dimana?”. Tanya gadis itu sedikit tegas.
“Saya berada ditempat
yang pasti jauh dari kamu, yang pasti takkan melihat kamu.” Jawab Rio.
Gadis itu kesal dengan
jawaban Rio yang seakan mempermainkannya, hingga gadis itu tak membalas pesan Rio
lagi.
Oh, Tuhan ada apa dengan
dua anak manusia ini, terlalu keras hati mereka. Hingga tak ada salah satu yang
mengalah. Padahal sesungguhnya keduannya masih saling membutuhkan. Takdir apa
yang mereka jalani ini. Rindu yang dipendam seakan mengalahkan segalahnya. Sungguh
kuat hati kedua anak manusia ini.
Cinta,
Bukan hanya kata manis
dari buah bibir semata, bukan hanya sesuatu yang hanya ingin di miliki, bukan
hanya sesuatu yang perlu di perjuangkan dan bukan hanya kiasan klasik yang
harus di pertahankan dari zaman ke zaman, tapi ini kisah dari seorang anak
manusia yang mampu memendam perasaannya demi kebahagian seseorang yang di
cinta, mengorbankan seluruh perasaannya dan memberikan seluruh waktunya.
***
Satu tahun berlalu.
Sepertinya malam cerah,
bintang bertebaran tak teratur tapi yang jelas langit tampak indah, banyak
kendaraan berlalu lalang di dijalanan bahkan lebih dari malam-malam sebelumnya,
para manusia sibuk tak ingin ketinggalan menyaksikan pergantian tahun malam itu.
Sementara seorang pemuda yang memperhatikan manusia-manusia lain yang sedang
sibuk pada malam itu teringat sesesorang yang jauh dari pelupuk matanya. Di
bukanya ponsel ditelusuri satu persatu sosmednya agar menghilangkan sedikit
kebosanannya. Tiba-tiba matanya melihat sesuatu yang sebenarnya tak pernah di
inginkannya. Foto itu lagi. Yah, foto yang gak pernah ia ingin lihat, foto yang
cukup menggores luka di jantungnya, foto yang dia rasa cukup membuatnya yakin
benar-benar melupakan.
“semoga kamu bahagia
bersama dia”. Gumam Rio dalam hati.
Dan akhirnya pemuda itu
benar-benar yakin melupakanya, gadis yang pernah berarti di hidupnya, gadis
yang pernah menjadi tujuan untuk dibahagiakannya. Malam itu dihapus semua
tentang masa lalunya.
“Yo, cepat acara kembang
apinya mau dimulai, ayoolah!, bengong aja lo dari tadi”. Ajak teman-teman Rio
yang ingin menikmati malam yang tak ingin di lewatkan semua orang.
“iyahh”.
“minggu depan lo jadi
balik ya?”. Tanya salah satu teman Rio.
“iya kayaknya, tapi ntah
lah gak tau” jwb Rio
“lo gimana sih, katanya
mau pulang. Kok jadi gak jelas begini.” Temen Rio bingung.
“sudahlah, kita nikmati
aja malam ini”. Jawab Rio tak ingin membahas tentang kepulangannya.
Akhirnya malam itu
dilewati para manusia dengan kebahagian, meskipun lain halnya dengan hati Rio,
tapi dia berhasil mengendalikan rasa sakit di hati. Malam itu pun berlalu, seperti
berlalunya rasa yang dilaluinya.
***
”Kamu kapan pulang?”.
Lagi-lagi gadis itu muncul di pesan Rio, ntah apa maksut gadis itu.
“Kenapa kamu tanya
gitu”. Jawab rio
“Aku ingin ketemu”.
Jawab gadis itu sontak membuat rio tak percaya.
“Ntah aku gak tau”. Jwb
rio.
“aku kangen”. Balas
gadis itu.
“Kayaknya aku gak akan
pulang lagi”. Jawab rio.
“Kenapa?”. Balas gadis
itu.
“Gak ada yang menjadi
alasan aku untuk segera pulang”. Jawab Rio spontan.
“Yaudahlah”. Kata gadis
itu kecewa.
Kebohangan apa lagi yang
mereka tutupi, sunggu kuat hati mereka, hingga sangat kokoh seperti seonggak
batu. Bahkan, dunia sangat kesal dengan kebohongan hati mereka. Ayolah, jika
salah satu mengalah tak perlu serumit ini. Tak perlu mencari orang lain hanya
untuk mengisi hati yang sebenarnya sudah ada penghuninya. Yah, gadis itu bukan
telah menemukan pengganti Rio, hanya saja gadis itu mencari pelampiaskan untuk
mengisi kekosongan yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Ya, Rio lah yang
gadis itu tunggu, tapi Rio tak kunjung mengungkapkannya, hingga gadis itu
terpaksa menerima orang lain, demi mengisi kekosongan hati.
“Jam berapa Bus lo
berangkat?”
“Jam 20:00 ,sebentar
lagi”. Jawab Rio pada temannya.
“Kami bakal kangen lo”.
Kata teman-teman Rio.
“Aku gak akan lupa kok”.
“Sering-sering kasih
kabar ya?”
“Iya pasti”.
Akhirnya, bus Rio
berangkat. Dia duduk di samping jendela bus. Pukul 20:30 bus jalan. Sepanjang
perjalanan mata rio tak henti menghadap kejendela, dipandangnya kota yang
dipenuhi lampu jalan itu, matanya menerawang jauh. Ada tempat yang ditinggal
ada hati yang dituju ada seseorang yang tak mau ditemui. Bagaimana hati ingin
bersatu, jika masing-masing hati saling disembunyikan. Ntah bagaimana rasa yang
dirasakan malam itu mungkin pemuda itu patah sepatah patahnya. Yang di rasa
malam itu haya sakit,rindu menusuk kalbu.
***
Pagi yang cerah secerah
hati kedua orang tua Rio yang bahagia kini anak kesayangan mereka telah kembali
di dekat mereka. Bagaimana mungkin mereka rela melepas anak semata wayangnya
itu pergi jauh-jauh dari mereka.
“Yo Ibu sama Ayah mau
bicara sama kamu”. Tiba-tiba Ibu Rio memecahkan suasana hening pagi itu saat
mereka sedang menikmati sarapan pagi.
“Iya Bu”. Jawab Rio.
“Ibu tau, kamu baru saja
pulang semalam tapi ini kayaknya tepat kalau ibu dan ayah bicara tentang
kelanjutan pendidikanmu nak, ayah dan ibu ingin kamu kuliah tahun ini. Tapi,
ibu dan ayah ingin kamu kuliah yang dekat dari kami, kamu setujukan nak?”. Tanya
ibu Rio.
“Hhmmm, rio terserah
ibu. Rio akan ikut semua kata ibu”. Jawab rio yang pasrah karena dia sudah
putus asah.
Ternyata ini rencana
Tuhan, Rio tak menyangka kalau kedua orang tuanya memilihkan Universitas yang
sama dengan gadis itu berkuliah. Sepertinya cerita baru akan di mulai hanya
saja tertutupi dengan keegoisan hati anak manusia ini. Sepanjang malam Rio tak
lepas memikirkan apa yang akan terjadi kedepan. Ia tak ingin bertemu dengan
gadis itu lagi, ia telah menganggap masa lalu itu mati. Ia selalu berdoa agar
ia tak akan pernah bertemu gadis itu. Rio tak pernah memberi tahu gadis itu
kalau kini Rio berada dekat disekeliling gadis itu. Sudah 3 bulan Rio menjalani
kuliah barunya, tapi tak pernah bertemu gadis itu. Justru itulah yang Rio mau,
jangan pernah ketemu gadis itu. Siang itu langit begitu cerah, matahari
memancarkan cahayanya begitu bersemangat, tepat siang itu Rio Servis
motornya seperti biasa setiap bulanya.
“Dimana sekarang??”.
Ponsel Rio bergetar, setelah melihatnya ternyata pesan gadis itu lagi.
“Astaga manusia ini lagi”. Gumam Rio dengan getaran jantung yang
spontan berdetak tiba-tiba.
“Dirumah”. Jwab rio.
“Serius!”.
“Iyah serius”.
“Kuliah sekarang kan?”.
“Enggak”.
“Serius kenapa!”
“Iyah kuliah, knpa?.
Tanya Rio.
“Kenapa gak bilang?”
“Buat apa?”.
“Ok, aku tau, aku gak
penting lagi buat kamu, tapi setidaknya bilang kalau kamu masih anggap aku
temen. Bisa kan?”. Balas gadis itu.
“(Rio hanya bisa diam
tak membalas pesan gadis itu)”
“Besok kita ketemu, aku
tunggu didepan rumah! Titik”. Tegas gadis itu.
“Tapi..” balas rio.
“Gak ada tapi-tapian”.
Yaaa tuhan, jantung itu
berkontraksi lagi. Satu tahun jantung itu berhenti berdetak, mukjijat apa lagi
ini? Getarannya semakin kencang bahkan detakan terhebat apapun tak bisa menandinginya.
“Apa ini ? patah hati yang tak berhak. Jika kau tau hati
ini yang sebenarnya apa akan sepatah ini hatiku ?. Tak perlu aku bohong sejauh
ini, mengutuk hatiku sendiri demi mencintaimu, orang yang salah. Saat ini kau
mungkin sedang bahagia bersama manusia lain, kecuali aku. Tidak, aku tak ingin
bertemu kamu”. Jerit Rio yang memecahakan malam yang begitu sunyi.
***
“Lo yakin mau ketemu dia hari ini ?”. Ebi berusaha
meyakinkan rio sekali lagi.
“Ntah lah”. Jawab Rio
“Ok, yang penting lo harus bersikap biasa aja di depannya
nanti”.
“Sudahlah, aku ada jam kuliah 5 menit lagi, kita bahas
ini nanti aja kalau aku udah ketemu dia nanti ku ceritakan”.
Tuhan oh tuhan, jika ini rencanamu. Coba berikan ending
yang tak akan menyakiti siapapun, pemuda ini hanya ingin lepas dengan bebas
tanpa ada hati yang tertinggal.
“Kamu dimana?, aku udah di depan rumah”. Pesan singkat
dari Rio dan tak lama kemudian gadis itu keluar dari rumahnya.
Astaga... setahun lebih dia tak bertemu, terakhir kali
dengan seragam putih abu-abu. Kini gadis itu tampak berbeda tampak lebih cantik
seperti hatinya yang dulu.
”Yuk!”. Ajak gadis itu.
Rio pun segera membawa sepeda motornya menuju taman kota
yang dulu selalu mereka kunjungi. Yah, beberapa tahun yang lalu.
”Sebenernya kamu kenapa?”. Tanya gadis itu.
“Kenapa? Emngnya aku kenapa? Aku gak kenapa-kenapa”.
”Awalnya aku kira kamu gak akan diam lama-lama sama aku,
tapi setelah aku tunggu-tunggu kabar dari kamu gak muncul juga, makin hari makin
menghilang”.
“Ya buat apa lagi, ya kan udah ada orang lain”.
“Orang lain apa maksut kamu?”.
“Ehhmm, gak kok, gk apa-apa, maksutnya disini banyak
orang lain yang datang juga ya”. Jawab rio mengalihkan pembicaraan dengan
gugup.
“Hhhh.. gak berubah juga ya, gak pernah tanggung jawab
dengan omongan sendiri”. Gadis itu tampak kecewa.
“(Rio hanya bisa diam)”.
Hampir satu jam dua anak manusia ini hanya diam, tak ada
satupun yang memulai pembicaraan Suasana hening, tak saling berpandangan hingga
Rio mengantar gadis itu pulang di perjalananpun keduanya hanya diam.
***
Ketemu
orang lain,,,
Suasana begitu tampak ramai hingga aula yang begitu luas
penuh di padati oleh ratusan mahasiswa-siswi yang hari itu di adakan kuliah
umum. Suasana begitu hikmat mendengarkan narasumber di depan.
“Yo, kamu duduk disini aja”. Ucap Ine temen kampus Rio.
“Oh iya ine makasih”.
Ine adalah gadis cantik yang kebetulan satu ruangan
dengan rio, wajahnya yang berparas seperti indo-arab dengan hidungnya yang
mancung, bibirnya yang kecil, kulitnya yang mulus serta hatinya yang baik
seperti layaknya malaikat membuat para pemuda jatuh hati. Tetapi walaupun
begitu sampai saat ini ine belum mempunyai pacar dan Rio tak pernah menyadari
kecantikan ine karena terlalu sibuk dengan masa lalunya yang tak kunjung
selesai.
“Acaranya bagus ya”. Ucap Ine yang tak sengaja tangannya
memegang tangan Rio yang disebelahnya. Sementara rio terkejut dengan menatap
wajah ine, mereka saling berpandangan. Tak pernah mereka mengerti terutama Rio
kenapa ada sesuatu yang aneh seakan tatapannya tak ingin di hentikannya.
Akhirnya mereka tersipu malu membuang tatapan mereka dengan saling membelakangi
wajah mereka masing-masing, akan tetapi tangan mereka tak saling lepas malah
makin erat digenggam.
Ada apa dengan dua anak manusia ini, apa yang terjadi.
Apakah Rio jatuh hati pada gadis yang bernama ine ini dan apakah Rio telah
berhasil move on dari masa lalunya, memang selama ini Rio tak pernah
menyadari ada ine disekitarnya meskipun setiap hari mereka bertemu dan saling
bicara tapi hari itu saat di dalam aula hatinya berkontraksi seakan kedua
magnet yang berlainan kutubnya saling menyatu. Sejenak masa lalu rio seakan
sirna difikirannya.
***
”(rindu)”. Satu pesan singkat dari gadis masa lalunya
masuk di ponsel Rio.
“Maksutnya ?”. Balas Rio.
“Rindu kata-kata yang selalu kamu kirim setiap malam”.
Balasnya.
“Semua itu kan udah berlalu, dan sekarang kamu udah ada
orang lain kan?”. Balas Rio.
“Orang lain, siapa?”. Balas gadis itu
“Ya enggak tau”. Balas Rio.
“Kamu kenapa sih?”.
“Gak papa, sudahlah lupakan aja”. Balas rio.
(Jika kamu tau
kalau hati ini masih untukmu, adai kamu tau saat aku kembali tujuan ku Cuma
satu yaitu, kamu. Taukah kamu sejauh aku pergi berniat melupakanmu tetap saja
aku ingin kembali padamu. Tap/i kenapa saat aku kembali hatimu telah terisi
orang lain, yang membuat aku terpaksa mundur dengan serpihan hati yang hancur.
Bahkan kau tetap menyiksaku dengan kehadiranmu yang selalu muncul di tengah
usahaku merintis kebahagian tanpamu.)
***
“Tugas kita buat persentasi besok udah siapkan?”. Tanya
ine.
“Udah kok”.
“Aku percaya sama kamu, aku beruntung bisa satu kelompok
denganmu”. Jawab Ine.
“ Kamu ini, biasa aja ah”. Jawab Rio.
“Aku serius, dari awal aku ketemu kamu aku udah ngerasa
ada yang beda dari kamu. Kamu baik”. Ungkap Ine.
“Ineeee..” .jawab rio sambil melihat Ine.
“Hmmm, sudah yuk! Ada buku yang kurang untuk bahan tugas
kita. Perpus 30 menit lagi tutup”. ajak ine mengalihkan pembicaraan.
Sepertinya ada hati disebuah pertemanan singkat ini,
persoalan apa lagi yang akan terjadi, akankah cinta semudah itu dilupakan
karena orang lain. Sepertinya pemuda itu harus melanjutkan hidupnya.
“Yo ini benar bukunya kan?” tanya ine.
“Iya, benar”. Tak sengaja rio menyentuh tangan ine saat
ingin melihat buku yang dipegang ine dan mereka saling bertatapan.
“Ehmm,kamu lapar gak, aku lapar nih. Kekantin yuk”. Ajak
ine yang sontak gugup dalam kondisi terbawah suasana dan mengalihkan kondisi
dengan mengajak Rio kekantin. Rio hanya diam memanggut-manggutkan kepalanya
sebagai arti menyetujui ajakan ine.
“Pelan-pelan makannya!”.
“Hehe”. Ine hanya tertawa.
“Aku boleh tanya sesuatu?”. Rio bertanya kepada ine.
“Boleh, mau tanya apa?”.
“Apa gak ada yang marah kita berdua begini?”. Tanya rio.
“Loh, kok tiba-tiba gitu kamu nanyaknya, memangnya siapa
yang marah?”. Ine malah bertanya kembali.
“Yahhh, pacar kamu?”.
“Pacar?”.
“Iya, pacar kamu”.
“Aku gak pernah punya pacar”.
“Aku gak percaya, wanita secantik kamu gak pernah punya
pacar sampai sekarang”.
“Sebenernya sih dulu sempet pernah deket dengan
seseorang, dan kejadian itu udah lama saat aku SMP, sekarang kami udah beda
keadaan, dan udah lama dilupakan. Aku juga gak tau sebut kedekatan itu apa”.
Jelas ine.
“Tapi sekarang masih komunikasi kan?”. Tanya rio
“Sempet minggu lalu dia hubungi aku”.
“ Terus ?”.
“Ya gak gimana-gimana, ya sekarang Cuma temenan”.
“Ouww”.
”Nanti pulang bareng ya?”. Ajak Ine.
“Tapikan arah rumah kita beda”.
“Tapikan arah dari Fakultas kita menuju gerbang keluar
kampus sama kan?”. Jawab Ine.
“Kamu ini bisa aja kalau bercanda”.
“Jadi gimana mau bareng gak?”.
“Iya-iya”.
Jam kuliah telah habis, ine dan rio pulang beriringan
dengan sepede motor milik mereka masing-masing dan saling bercanda dengan
senyuman dan tatapan yang bahagia. Sebelum sampai gerbang kampus tiba-tiba mata
rio mengarah di sebuah fakultas lain dan tampak seorang wanita duduk seorang diri diantara kerumunan orang.
Seperti tak asing baginya, benar saja itu adalah gadis masa lalunya. Tak
sengaja juga spontan gadis itu melihat rio bersama orang lain yang membuat raut
wajah gadis itu berubah raut wajah sedih. Sementara rio seperti kembali kemasa
lalu saat melihat gadis itu, tetapi dia berusaha menerima kenyataan kalau gadis
itu bukan miliknya lagi dan menepis pandangan itu.
“Kamu kenapa yo”. Tanya ine
“Gak papa kok ine”.
“Beneran?, kamu liatin apa sih dari tadi?”. Tanya ine
bingung.
“Gak, enggak papa, aku liatin masa depan kita”. Jawab rio
bercanda.
“Rio bercanda dehh”.
“Hehe, iya maaf”.
Bahkan sesakit-sakitnya teriris pisau pun dapat disembuhkan,
tapi walaupun diberi obat terbaikpun hati tak bisa disembuhkan. Sampai kapan
luka ini tetap menganga tanpa ada tanda-tanda mengering sedikitpun. Yang
terluka bahkan hampir mati menahan sakit yang berkepanjangan.
***
“Hari ini pulang bareng ya, ku tunggu”. Pesan dari gadis
masa lalu.
Apa maksut gadis itu, tiba-tiba ingin ketemu. Bagaimana
rio menolaknya kalau sebenernya hatinya juga menginginkannya.
“Jam berapa?”. Tanya rio
“Jam 4”.
“Baiklah”.
Akhirnya waktupun cepat berlalu,
“Udah lama nunggu”. Tanya rio dengan jantung yang
berkontraksi.
“Baru aja, yuk! “. Ajak gadis itu.
“Sekarang susah untuk sekedar ketemu”. Tiba-tiba
terlontar kalimat dari gadis itu.
“(rio hanya terdiam)”.
“Aku tau ada orang lain”. Kata gadis itu.
“Orang lain?”. Tanya rio.
“Iya orang lain”. Jelas gadis itu.
“Bukannya kamu?”. Tegas rio
“Iya aku, itu karena kamu pengecut”.
“Pengecut?”
“Kamu pengecut untuk memperjuangkanku”.
“(hanya diam)”.
“Kamu gak ngerti”. Kata rio.
“Kamu yang enggak ngerti”. Tegas gadis itu.
“(hanya diam)”.
“Seandainya waktu itu kamu sedikit lebih cepat, pasti aku
pilih kamu. Awalnya aku ingin menunggu, tapi aku berfikir harus berapa lama
untuk menunggu orang yang tak pernah punya kepastian seperti kamu. Meskipun aku
cinta, tapi akhirnya aku lebih memilih untuk dicintai dari pada mencintai”.
Ungkap gadis itu.
“(rio tak henti menatap gadis itu)”.
“Aku udah mengihklaskanmu, tapi entah mengapa hati ini
sakit melihat kau bersama orang lain”. Ungkap gadis itu lagi.
“Orang lain?”. Tanya rio.
“Kemarin”.
“Cuma teman”. Jelas rio.
“Aku mohon janji satu hal sama aku”
“Apa?”
“Jangan pernah tinggalin siapapun lagi, terutama
orang-orang yang dekat denganmu nanti. Sepertinya wanita itu baik”.
“Yahh, dia memang baik”. Jawab rio
“Hmm”. Gadis itu hanya menghela nafas.
“Kamu juga janji sama aku”.
“Apa?”. Tanya gadis itu.
“Kamu harus bahagia, meskipun bukan dengan aku”. Jawab
rio.
“(gadis itu hanya menangis)”.
Sepertinya itu pertemuan terakhir mereka. Jika sekedar
mencintai harus serumit ini, apakah keselahan terbesar dalam permasalahan
mereka adalah keterlambatan mengungkapkan perasaan. Mungkin rio selalu
terlambat dalam hal hati. Mungkin ini
adalah terakhir kali rio mencintai, ia mencintai gadis itu. Perkenalan yang
cukup lama, kedekatan yang cukup lama namun mencintai yang hanya sekejab.
Cinta butuh keberanian, butuh kesiapan. Jika tak memiliki
keberanian seumur hidup kamu akan menyesalinya. Itulah akhir dari cinta mereka.
Mungkin ada seseorang yang akan bertanya alasan apa yang membuat pemuda itu
meninggalkan gadis itu. Yahhhh, pemuda itu CEMBURU, cemburu yang gak pernah
dikatakan pada gadis itu. Pemuda itu mundur saat dia tau gadis itu telah
bersama orang lain, ia tak perduli apakah gadis mencintai pemuda itu ataukah
hanya jadi pelampiasan dirinya. Yang jelas hanya pergi menjauh yang ia lalukan
pada saat itu. Fikirannya tak bisa berfikir positif, yang ia rasa hatinya
patah. Sejak itu pemuda itu melanjutkan hidupnya tapi bukan berarti ia berhenti
mencintai dan berharap.
SELESAI........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar