Senin, 25 September 2017

MAJU MUNDUR


Sejak malam itu Aku putuskan untuk hidup tanpa rasa bahagia, sejak malam itu Aku putuskan untuk mengosongkan hati, sejak malam itu Aku belajar bagaimana cara melupakan dan sejak malam itu hidup Aku seperti orang biasa yang tak punya hati. Aku berhenti tersenyum , Aku berhenti tertawa, Aku berhenti untuk menciptakan kebahagian buat orang lain. Hidupkupun berjalan begitu saja tanpa rasa apapun. Jika Aku bilang hari ini cukup menyenangkan berarti itu adalah salah satu kebohongan hatiku. Kamu, iya kamu. Sejak kamu putuskan untuk pergi dari hidupku malam itu, Aku terpuruk jatuh, semangatku runtuh, meskipun Aku yang terlebih dulu meninggalkanmu tanpa sebab, tapi bukan ini yang Aku mau. Kamu ikut-ikut meninggalkanku, maafkan Aku yang egois.
Setidaknya Kamu tau bahkan bumi lebih tau bahwa hatiku hanya ada satu untukmu, setidaknya Kamu mengerti dan harus jauh lebih mengerti bahwa selama ini Aku habiskan waktu hanya  untukmu, bukannya kamu pergi bersama orang lain yang membuat Aku patah sepatah-patahnya dan kini Aku terluka bahkan sempat hancur karena kau telah meruntuhkan mimpiku untuk mendapatkanmu.
 Ntahlah, entah sudah berapa lama Aku menyukaimu, yang Aku ingat waktu itu Aku tak sengaja melihat senyum indah itu. Senyum yang ku lihat bahagia bersama orang lain, senyum lepas, senyum yang sampai saat ini selalu menghantui fikiranku, senyum yang kini membuat rindu yang menyesakkan dada, senyum yang akhirnya bukan milikku lagi.

***

Sudah selarut ini pemuda yang bernama Rio itu tak kunjung masuk kedalam kamarnya, ia masih berada di beranda depan rumahnya dengan di temani rintikan hujan, waktu menunjukkan pukul 00:30 Wib. Udara malam  itu begitu menusuk, ntah apa yang Rio lamunkan wajahnya tampak begitu sedih, seperti ada yang hilang dari hidupnya. Sesekali ia memejamkan matanya  dan menghelahkan nafas dengan ekspresi wajah tampak menggambarkan penyesalan. Tak lama kemudian ia mengambil ponsel dari saku celananya dan melihat sesuatu dari ponselnya dan sekali lagi ia memejamkan matanya dan menghela nafas panjang. Sungguh, wajahnya tampak begitu sedih, hatinya sakit melihat sebuah foto seorang gadis bersama seorang laki-laki berfose menggambarkan telah menjalin hubungan. Gadis itu adalah seseorang yang pernah dekat dengannya di masa lalu, tepat tiga tahun yang lalu ia mengenal gadis itu, hingga keduanya memiliki rasa yang sama “Cinta”. Hanya saja Rio tak berani mengungkapkan perasaannya pada gadis itu, rasa cintanya hanya bisa ia tuangkan lewat perhatiannya dengan gadis itu. Sementara gadis itu selalu menunggu-nunggu pemuda itu mengutarakan perasaannya, hingga sampai tahun pertama mereka dekat Rio tak juga berani mengungkapkannya, gadis itupun mulai berfikir apakah Rio tak menyukainnya, apakah rio hanya menganggapnya teman. Setiap saat mereka selalu berkomunikasi selalu mengisi kekosongan satu sama lain. Hingga suatu  hari  di tahun kedua Rio menyakiti hati gadis itu dengan menghilang tanpa sebab apapun, gadis itu mencoba menghubungi Rio, tetapi Rio tak pernah mengangkat dan membalas pesan dari gadis itu. Ntah karena alasan apa Rio menjauhi gadis itu yang jelas ia takut menyakiti gadis itu dengan harapan harapan yang diberinya, Rio terlalu takut mengutarakan isi hatinya, hingga ia mengambil keputusan untuk menjauhi gadis itu, padahal jauh di lubuk hatinya ia sangat mencintai gadis itu, Rio menyiksa dirinya sendiri dengan cara menjauhi gadis itu. Hari harinya dipenuhi rasa rindu yang berkepanjangan, begitu pula gadis itu ia begitu sedih bercampur kekecewaan yang mendalam, hingga saat ini gadis itu menganggap Rio adalah laki-laki yang pengecut. Pada tahun ketiga, barulah timbul penyesalan di benak Rio setelah melihat gadis yang dicintainnya itu telah bersama orang lain. Semua telah terjadi ia hanya bisa meratapi semuanya yg telah terjadi.
Hujan pun tak kunjung redah,waktu pun semakin larut. Seolah olah tubuhnya telah kebal dengan dinginnya udara malam yang begitu menusuk.
“Yo, kamu sedang apa di luar, ayo masuk! udah malam,”. Tegur ibu Rio.
“Iya, bu”. Rio pun langsung masuk tapi tak segera tidur,ia bersandar di atas ranjangnya seolah fikirannya menerawang jauh ke masa lampau dan sesekali ia bergumam pelan,

 “ Kenapa, kenapa aku bisa sesayang ini padamu,kenapa aku tak bisa sedikitpun melupakanmu, kenapa aku sakit setiap teringat kamu, kenapa,kenapa?”. Suara lirih yang keluar dari mulut rio membuat airmatanya ikut menetes.
***
Kisah cinta Rio emang tergolang aneh bahkan mungkin tak pernah dialami oleh siapapun, dia mengenal seorang gadis 3 tahun lalu dan kenal hingga dekat lebih dari seorang sahabat tapi tak pernah bersama, hanya dalam komunikasi mereka akrab, hanya dalam komunikasi mereka saling melengkapi, rasa takut dan canggung Rio ketika bertemulah yang membuat mereka tak saling bertatap muka, perasaan menggebu gebunya lah yang membuat dia tak bisa mengontrol detak jatungnya ketika bertemu gadis itu. Sempat diawal mereka dekat mereka bertemu beberapa kali dan itu pun tak banyak kata yang keluar dari mulut Rio, jatungnya terus berdetak keras, sebelum ia memulai pembicaraan dan akhirnya keduannya saling bungkam meskipun gadis itu berani tapi terkalahkan dengan sikap Rio yang canggung membuat gadis itu segan dengannya. Dengan kedaan itulah Rio memutuskan untuk menjaga gadis itu dari kejauhan dengan cara menjauhinya. Ya, sikap Rio memang salah tapi ia tak mau membuat gadis itu berharap lebih padannya meskipun Rio sangat mencintai gadis itu, Rio menganggap ia tak bisa seperti laki laki lain yang bisa membuatnnya bahagia selalu berada didekat gadis itu setiap saat, jatung nya tak bisa di kontrol ia selalu merasa berdebar hebat di didepan gadis itu, hingga dia memutuskan mejauhi gadis itu, aneh bukan. Mungkin sebagian orang itu menganggapnya suatu hal yang gak dimasuk akal perasaan canggung pada orang yang kita sukai itu wajar, toh lama kelamaan bakal terbiasa. Tapi kali ini lain halnya dengan Rio, semakin ia cinta semakin dia tak bisa mengendalikan perasaannya.
***

Sampai akhirnya rio tertidur dalam lelapnya. hingga sang fajar kembali menerangi bumi, ia terbangun dan ingat bahwa hari ini adalah hari perpisahan sekolahnya. ia bergegas menuju kamar mandi, tiba-tiba kakinya tertahan dan berbalik arah ke ranjang tidurnya dan melihat ponsel yang tergeletak diatasnya, diraihnya ponsel itu dan di lihatnya lalu diletakkannya kembali dengan ekspresi kecewa, ternyata ia melihat kotak pesan tetapi tak ada satu pesan pun yang masuk, ia masih berharap gadis itu mengirim pesan sekedar mengucapkan selamat atas acara perpisahannyaa di sekolah karena acara itu adalah moment penting buat Rio.
Acara perpisahan pun selesai, sekali lagi ia menatap ponselnya tapi tak satu pesanpun yang masuk. hingga malam harinya ia akan beranjak tidur terdengar suara nada pesan dari ponsel Rio dan ia buru buru membukanya.
“Selamat ya atas perpisahannya”. Pesan singkat yang tertulis itu dapat membuat senyum dibibir Rio.
“Akhirnya ia muncul”. gumam rio dalam hati.
“Ini betul kamu?”. balas Rio tak percaya kalau gadis itu yang mengirim pesan karena sudah lama gadis itu tak ada kabar dan yang Rio tau gadis itu telah bahagia bersama pacar barunya, Rio tak percaya kalau gadis itu masih mengingatnnya.
“Jadi siapa” . Balas gadis itu.
“Enggak, masik gak percaya aja masik ingat aku”. Jawabku memperjelas.
“Hhmm, yaudahlah”. balas gadis itu sepertinya kesal.
“Aku senang kamu masih ingat, makasih ya ?”. Rio balas dengan emot tersenyum.
“Lambat”. Balasnya.
“Lambat apannya?”. Aku bingung seolah tak peka dia kesal dengan ku.
“Gak papa”. Datar.
Aku hanya membalasnya dengan ekspresi gambar sedih.
“Kenapa?”.dibalasnnya lagi.
“Maksutnya lambat apa?”.
”Gak papa,ayok tidur !!!
Rio masih tak percaya dengan kalimat di akhirnya, seolah dia masih perduli dengan menyuruh Rio tidur agar tak terlalu malam, tapi mungkin perasaan Rio saja. Bisa jadi gadis itu hanya basa basi agar segera menyudahi pembicaraannya dengan menyuruh Rio tidur, mungkin.
“Yaudah kamu duluan saja tidurnya”. Balas Rio.
“Yasudah”. Balas gadis itu singkat.
Benarkan kata kata Gadis itu hanya basa basi agar segera menyudahi obrolan singkat itu, Rio saja yang terlalu ke geeran menanggapinya.

Tiada satu kosa katapun yang terukir, yang jelas malam itu dia rindu. Rindu yang terlalu panjang. Dalam hidup keberanian sangat penting, terutama keberanian mengungkapkan perasaan. Mengendalikan hati bukan prihal mudah mengingat hati selalu berhubungan erat dengan jantung. Ini cerita tentang seorang pemuda yang berusa keras membangun keberaniannya demi memperjuangkan sebuah hati dan meredam seonggak jantung yang terus berkontraksi hebat.

***
”Saya pamit!”. sebuah pesan yang di kirim buat gadis itu.
“Maksut kamu”. balas gadis itu.
“ Jaga diri baik-baik”. Balas rio.
“Maksutnya apa?”. Tanya gadis itu lagi.
“(Rio tak membalas)”.
“Maksutnya apa kok gak di balas”. Balas gadis itu bingung.

Segera bangkit pemuda itu dari duduknya dan mengambil tas ransel besar di sampingnya. dengan memandangi ponsel yang digenggamnya dan melihat di keadaan disekitar dengan wajah yang memang ingin  pergi jauh.

“Rio pergi ya bu”. Pamit Rio pada ibunya.
“Kamu yakin nak, kamu baik-baik disana”. Peluk ibunya sambil menangis.
“Rio janji bakal pulang bu”. Jawab rio.

Ntah apa yang dibenak pemuda tanggung itu, demi melupakan masa lalunya ia rela pergi jauh meninggalkan keluarga yang sangat ia cintai, terkadang cinta bisa membuat orang rela melakukan apapun, walaupun ntah bagaimana caranya ia bisa bangkit atas rasa sakit karena cinta. Yang jelas saat itu dengan kepergiannya dia yakin akan muda melupakan tentang apa yang pernah terjadi dengan hatinya. Meskipun begitu sakitnya, dia tetap menjalaninnya.
“Kamu dimana?”. Lagi-lagi pesan masuk dari gadis itu.
“Aku dirumah”. Jawab Rio berbohong.
“SERIUS. bohong !!.” Jawab gadis itu tak percaya.
“Beneran”. Jawab Rio singkat.
“Ntahlah, terserah”. Jawab gadis itu singkat. Gadis itu merasa kesal karena dia tau kalau rio sedang berbohong, meskipun gadis itu tampak tak perduli tapi dia merasa cemas, merasa ingin tahu keadaan pemuda itu. Sejujurnya gadis itu masih menyayangi pemuda itu.
***
Setelah satu tahun pemuda itu berada ditempat barunya, sejak kepergiannya saat itupun komunikasi terakhir dengan gadis itu. Malam itu belum terlalu larut, Rio baru pulang dari aktivitasnya, tampak lelah di wajahnya. Sambil duduk kearah balkon atas tempat kosnya, dia menatap jauh kearah depan yang kebetulan sebuah danau indah meskipun saat itu malam tapi tampak lampu-lampu di pinggiran danau terlihat indah dilihat.
“Kamu dimana?”. Tiba-tiba satu pesan masuk yang mengingatkan pemuda itu kemasa lalunya. Dia melihat pesan itu terus menerus berusaha meyakinkan apa yang dia lihat.
“Jauh”. Balas Rio singkat.
“Ya dimana?. Balas gadis itu.
“ Kamu gak akan tau.”
“Ya gak akan tau kalau kamu gak kasih tau”. Balas gadis itu.
“Sudahlah, tak usah perdulikan saya lagi”. Jawab rio berusaha tak terbawah perasaan.
“ Saya selalu salah dimatamu, sebenarnya apa salah saya dengan mu”. Balas gadis itu.
“Kamu gak salah”. Jawab Rio
“Trus sekarang kamu dimana”. Tanya gadis itu lagi.
“Saya jauh”. Jawab singkat rio lagi.
“Jauhnya ya dimana, saya mohon bilang kamu dimana”. Jawab gadis itu memohon.
“Kalau saya jawab, apa kamu peduli?”. Balas Rio.
“Kenapa kamu ngomong gitu?”. Tanya gadis itu.
“Gak papa, sudahlah lupakan saja!”. Jawab Rio.
“Sekali lagi saya tanya kamu dimana?”. Tanya gadis itu sedikit tegas.
“Saya berada ditempat yang pasti jauh dari kamu, yang pasti takkan melihat kamu.” Jawab Rio.
Gadis itu kesal dengan jawaban Rio yang seakan mempermainkannya, hingga gadis itu tak membalas pesan Rio lagi.

Oh, Tuhan ada apa dengan dua anak manusia ini, terlalu keras hati mereka. Hingga tak ada salah satu yang mengalah. Padahal sesungguhnya keduannya masih saling membutuhkan. Takdir apa yang mereka jalani ini. Rindu yang dipendam seakan mengalahkan segalahnya. Sungguh kuat hati kedua anak manusia ini.
Cinta,
Bukan hanya kata manis dari buah bibir semata, bukan hanya sesuatu yang hanya ingin di miliki, bukan hanya sesuatu yang perlu di perjuangkan dan bukan hanya kiasan klasik yang harus di pertahankan dari zaman ke zaman, tapi ini kisah dari seorang anak manusia yang mampu memendam perasaannya demi kebahagian seseorang yang di cinta, mengorbankan seluruh perasaannya dan memberikan seluruh waktunya.
***
Satu tahun berlalu.
Sepertinya malam cerah, bintang bertebaran tak teratur tapi yang jelas langit tampak indah, banyak kendaraan berlalu lalang di dijalanan bahkan lebih dari malam-malam sebelumnya, para manusia sibuk tak ingin ketinggalan menyaksikan pergantian tahun malam itu. Sementara seorang pemuda yang memperhatikan manusia-manusia lain yang sedang sibuk pada malam itu teringat sesesorang yang jauh dari pelupuk matanya. Di bukanya ponsel ditelusuri satu persatu sosmednya agar menghilangkan sedikit kebosanannya. Tiba-tiba matanya melihat sesuatu yang sebenarnya tak pernah di inginkannya. Foto itu lagi. Yah, foto yang gak pernah ia ingin lihat, foto yang cukup menggores luka di jantungnya, foto yang dia rasa cukup membuatnya yakin benar-benar melupakan.
“semoga kamu bahagia bersama dia”. Gumam Rio dalam hati.
Dan akhirnya pemuda itu benar-benar yakin melupakanya, gadis yang pernah berarti di hidupnya, gadis yang pernah menjadi tujuan untuk dibahagiakannya. Malam itu dihapus semua tentang masa lalunya.
“Yo, cepat acara kembang apinya mau dimulai, ayoolah!, bengong aja lo dari tadi”. Ajak teman-teman Rio yang ingin menikmati malam yang tak ingin di lewatkan semua orang.
“iyahh”.
“minggu depan lo jadi balik ya?”. Tanya salah satu teman Rio.
“iya kayaknya, tapi ntah lah gak tau” jwb Rio
“lo gimana sih, katanya mau pulang. Kok jadi gak jelas begini.” Temen Rio bingung.
“sudahlah, kita nikmati aja malam ini”. Jawab Rio tak ingin membahas tentang kepulangannya.
Akhirnya malam itu dilewati para manusia dengan kebahagian, meskipun lain halnya dengan hati Rio, tapi dia berhasil mengendalikan rasa sakit di hati. Malam itu pun berlalu, seperti berlalunya rasa yang dilaluinya.

***
”Kamu kapan pulang?”. Lagi-lagi gadis itu muncul di pesan Rio, ntah apa maksut gadis itu.
“Kenapa kamu tanya gitu”. Jawab rio
“Aku ingin ketemu”. Jawab gadis itu sontak membuat rio tak percaya.
“Ntah aku gak tau”. Jwb rio.
“aku kangen”. Balas gadis itu.
“Kayaknya aku gak akan pulang lagi”. Jawab rio.
“Kenapa?”. Balas gadis itu.
“Gak ada yang menjadi alasan aku untuk segera pulang”. Jawab Rio spontan.
“Yaudahlah”. Kata gadis itu kecewa.
Kebohangan apa lagi yang mereka tutupi, sunggu kuat hati mereka, hingga sangat kokoh seperti seonggak batu. Bahkan, dunia sangat kesal dengan kebohongan hati mereka. Ayolah, jika salah satu mengalah tak perlu serumit ini. Tak perlu mencari orang lain hanya untuk mengisi hati yang sebenarnya sudah ada penghuninya. Yah, gadis itu bukan telah menemukan pengganti Rio, hanya saja gadis itu mencari pelampiaskan untuk mengisi kekosongan yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Ya, Rio lah yang gadis itu tunggu, tapi Rio tak kunjung mengungkapkannya, hingga gadis itu terpaksa menerima orang lain, demi mengisi kekosongan hati.
“Jam berapa Bus lo berangkat?”
“Jam 20:00 ,sebentar lagi”. Jawab Rio pada temannya.
“Kami bakal kangen lo”. Kata teman-teman Rio.
“Aku gak akan lupa kok”.
“Sering-sering kasih kabar ya?”
“Iya pasti”.
Akhirnya, bus Rio berangkat. Dia duduk di samping jendela bus. Pukul 20:30 bus jalan. Sepanjang perjalanan mata rio tak henti menghadap kejendela, dipandangnya kota yang dipenuhi lampu jalan itu, matanya menerawang jauh. Ada tempat yang ditinggal ada hati yang dituju ada seseorang yang tak mau ditemui. Bagaimana hati ingin bersatu, jika masing-masing hati saling disembunyikan. Ntah bagaimana rasa yang dirasakan malam itu mungkin pemuda itu patah sepatah patahnya. Yang di rasa malam itu haya sakit,rindu menusuk kalbu.

***
Pagi yang cerah secerah hati kedua orang tua Rio yang bahagia kini anak kesayangan mereka telah kembali di dekat mereka. Bagaimana mungkin mereka rela melepas anak semata wayangnya itu pergi jauh-jauh dari mereka.
“Yo Ibu sama Ayah mau bicara sama kamu”. Tiba-tiba Ibu Rio memecahkan suasana hening pagi itu saat mereka sedang menikmati sarapan pagi.
“Iya Bu”. Jawab Rio.
“Ibu tau, kamu baru saja pulang semalam tapi ini kayaknya tepat kalau ibu dan ayah bicara tentang kelanjutan pendidikanmu nak, ayah dan ibu ingin kamu kuliah tahun ini. Tapi, ibu dan ayah ingin kamu kuliah yang dekat dari kami, kamu setujukan nak?”. Tanya ibu Rio.
“Hhmmm, rio terserah ibu. Rio akan ikut semua kata ibu”. Jawab rio yang pasrah karena dia sudah putus asah.

Ternyata ini rencana Tuhan, Rio tak menyangka kalau kedua orang tuanya memilihkan Universitas yang sama dengan gadis itu berkuliah. Sepertinya cerita baru akan di mulai hanya saja tertutupi dengan keegoisan hati anak manusia ini. Sepanjang malam Rio tak lepas memikirkan apa yang akan terjadi kedepan. Ia tak ingin bertemu dengan gadis itu lagi, ia telah menganggap masa lalu itu mati. Ia selalu berdoa agar ia tak akan pernah bertemu gadis itu. Rio tak pernah memberi tahu gadis itu kalau kini Rio berada dekat disekeliling gadis itu. Sudah 3 bulan Rio menjalani kuliah barunya, tapi tak pernah bertemu gadis itu. Justru itulah yang Rio mau, jangan pernah ketemu gadis itu. Siang itu langit begitu cerah, matahari memancarkan cahayanya begitu bersemangat, tepat siang itu Rio Servis motornya seperti biasa setiap bulanya.
“Dimana sekarang??”. Ponsel Rio bergetar, setelah melihatnya ternyata pesan gadis itu lagi.
Astaga manusia ini lagi”. Gumam Rio dengan getaran jantung yang spontan berdetak tiba-tiba.
“Dirumah”. Jwab rio.
“Serius!”.
“Iyah serius”.
“Kuliah sekarang kan?”.
“Enggak”.
“Serius kenapa!”
“Iyah kuliah, knpa?. Tanya Rio.
“Kenapa gak bilang?”
“Buat apa?”.
“Ok, aku tau, aku gak penting lagi buat kamu, tapi setidaknya bilang kalau kamu masih anggap aku temen. Bisa kan?”. Balas gadis itu.
“(Rio hanya bisa diam tak membalas pesan gadis itu)”
“Besok kita ketemu, aku tunggu didepan rumah! Titik”. Tegas gadis itu.
“Tapi..” balas rio.
“Gak ada tapi-tapian”.

Yaaa tuhan, jantung itu berkontraksi lagi. Satu tahun jantung itu berhenti berdetak, mukjijat apa lagi ini? Getarannya semakin kencang bahkan detakan terhebat apapun tak bisa menandinginya.
“Apa ini ? patah hati yang tak berhak. Jika kau tau hati ini yang sebenarnya apa akan sepatah ini hatiku ?. Tak perlu aku bohong sejauh ini, mengutuk hatiku sendiri demi mencintaimu, orang yang salah. Saat ini kau mungkin sedang bahagia bersama manusia lain, kecuali aku. Tidak, aku tak ingin bertemu kamu”. Jerit Rio yang memecahakan malam yang begitu sunyi.
***
“Lo yakin mau ketemu dia hari ini ?”. Ebi berusaha meyakinkan rio sekali lagi.
“Ntah lah”. Jawab Rio
“Ok, yang penting lo harus bersikap biasa aja di depannya nanti”.
“Sudahlah, aku ada jam kuliah 5 menit lagi, kita bahas ini nanti aja kalau aku udah ketemu dia nanti ku ceritakan”.

Tuhan oh tuhan, jika ini rencanamu. Coba berikan ending yang tak akan menyakiti siapapun, pemuda ini hanya ingin lepas dengan bebas tanpa ada hati yang tertinggal.
“Kamu dimana?, aku udah di depan rumah”. Pesan singkat dari Rio dan tak lama kemudian gadis itu keluar dari rumahnya.
Astaga... setahun lebih dia tak bertemu, terakhir kali dengan seragam putih abu-abu. Kini gadis itu tampak berbeda tampak lebih cantik seperti hatinya yang dulu.
”Yuk!”. Ajak gadis itu.
Rio pun segera membawa sepeda motornya menuju taman kota yang dulu selalu mereka kunjungi. Yah, beberapa tahun yang lalu.
”Sebenernya kamu kenapa?”. Tanya gadis itu.
“Kenapa? Emngnya aku kenapa? Aku gak kenapa-kenapa”.
”Awalnya aku kira kamu gak akan diam lama-lama sama aku, tapi setelah aku tunggu-tunggu kabar dari kamu gak muncul juga, makin hari makin menghilang”.
“Ya buat apa lagi, ya kan udah ada orang lain”.
“Orang lain apa maksut kamu?”.
“Ehhmm, gak kok, gk apa-apa, maksutnya disini banyak orang lain yang datang juga ya”. Jawab rio mengalihkan pembicaraan dengan gugup.
“Hhhh.. gak berubah juga ya, gak pernah tanggung jawab dengan omongan sendiri”. Gadis itu tampak kecewa.
“(Rio hanya bisa diam)”.
Hampir satu jam dua anak manusia ini hanya diam, tak ada satupun yang memulai pembicaraan Suasana hening, tak saling berpandangan hingga Rio mengantar gadis itu pulang di perjalananpun keduanya hanya diam.
***
Ketemu orang lain,,,
Suasana begitu tampak ramai hingga aula yang begitu luas penuh di padati oleh ratusan mahasiswa-siswi yang hari itu di adakan kuliah umum. Suasana begitu hikmat mendengarkan narasumber di depan.
“Yo, kamu duduk disini aja”. Ucap Ine temen kampus Rio.
“Oh iya ine makasih”.
Ine adalah gadis cantik yang kebetulan satu ruangan dengan rio, wajahnya yang berparas seperti indo-arab dengan hidungnya yang mancung, bibirnya yang kecil, kulitnya yang mulus serta hatinya yang baik seperti layaknya malaikat membuat para pemuda jatuh hati. Tetapi walaupun begitu sampai saat ini ine belum mempunyai pacar dan Rio tak pernah menyadari kecantikan ine karena terlalu sibuk dengan masa lalunya yang tak kunjung selesai.
“Acaranya bagus ya”. Ucap Ine yang tak sengaja tangannya memegang tangan Rio yang disebelahnya. Sementara rio terkejut dengan menatap wajah ine, mereka saling berpandangan. Tak pernah mereka mengerti terutama Rio kenapa ada sesuatu yang aneh seakan tatapannya tak ingin di hentikannya. Akhirnya mereka tersipu malu membuang tatapan mereka dengan saling membelakangi wajah mereka masing-masing, akan tetapi tangan mereka tak saling lepas malah makin erat digenggam.
Ada apa dengan dua anak manusia ini, apa yang terjadi. Apakah Rio jatuh hati pada gadis yang bernama ine ini dan apakah Rio telah berhasil move on dari masa lalunya, memang selama ini Rio tak pernah menyadari ada ine disekitarnya meskipun setiap hari mereka bertemu dan saling bicara tapi hari itu saat di dalam aula hatinya berkontraksi seakan kedua magnet yang berlainan kutubnya saling menyatu. Sejenak masa lalu rio seakan sirna difikirannya.
***
”(rindu)”. Satu pesan singkat dari gadis masa lalunya masuk di ponsel Rio.
“Maksutnya ?”. Balas Rio.
“Rindu kata-kata yang selalu kamu kirim setiap malam”. Balasnya.
“Semua itu kan udah berlalu, dan sekarang kamu udah ada orang lain kan?”. Balas Rio.
“Orang lain, siapa?”. Balas gadis itu
“Ya enggak tau”. Balas Rio.
“Kamu kenapa sih?”.
“Gak papa, sudahlah lupakan aja”. Balas rio.
(Jika kamu tau kalau hati ini masih untukmu, adai kamu tau saat aku kembali tujuan ku Cuma satu yaitu, kamu. Taukah kamu sejauh aku pergi berniat melupakanmu tetap saja aku ingin kembali padamu. Tap/i kenapa saat aku kembali hatimu telah terisi orang lain, yang membuat aku terpaksa mundur dengan serpihan hati yang hancur. Bahkan kau tetap menyiksaku dengan kehadiranmu yang selalu muncul di tengah usahaku merintis kebahagian tanpamu.)
***
“Tugas kita buat persentasi besok udah siapkan?”. Tanya ine.
“Udah kok”.
“Aku percaya sama kamu, aku beruntung bisa satu kelompok denganmu”. Jawab Ine.
“ Kamu ini, biasa aja ah”. Jawab Rio.
“Aku serius, dari awal aku ketemu kamu aku udah ngerasa ada yang beda dari kamu. Kamu baik”. Ungkap Ine.
“Ineeee..” .jawab rio sambil melihat Ine.
“Hmmm, sudah yuk! Ada buku yang kurang untuk bahan tugas kita. Perpus 30 menit lagi tutup”. ajak ine mengalihkan pembicaraan.
Sepertinya ada hati disebuah pertemanan singkat ini, persoalan apa lagi yang akan terjadi, akankah cinta semudah itu dilupakan karena orang lain. Sepertinya pemuda itu harus melanjutkan hidupnya.
“Yo ini benar bukunya kan?” tanya ine.
“Iya, benar”. Tak sengaja rio menyentuh tangan ine saat ingin melihat buku yang dipegang ine dan mereka saling bertatapan.
“Ehmm,kamu lapar gak, aku lapar nih. Kekantin yuk”. Ajak ine yang sontak gugup dalam kondisi terbawah suasana dan mengalihkan kondisi dengan mengajak Rio kekantin. Rio hanya diam memanggut-manggutkan kepalanya sebagai arti menyetujui ajakan ine.
“Pelan-pelan makannya!”.
“Hehe”. Ine hanya tertawa.
“Aku boleh tanya sesuatu?”. Rio bertanya kepada ine.
“Boleh, mau tanya apa?”.
“Apa gak ada yang marah kita berdua begini?”. Tanya rio.
“Loh, kok tiba-tiba gitu kamu nanyaknya, memangnya siapa yang marah?”. Ine malah bertanya kembali.
“Yahhh, pacar kamu?”.
“Pacar?”.
“Iya, pacar kamu”.
“Aku gak pernah punya pacar”.
“Aku gak percaya, wanita secantik kamu gak pernah punya pacar sampai sekarang”.
“Sebenernya sih dulu sempet pernah deket dengan seseorang, dan kejadian itu udah lama saat aku SMP, sekarang kami udah beda keadaan, dan udah lama dilupakan. Aku juga gak tau sebut kedekatan itu apa”. Jelas ine.
“Tapi sekarang masih komunikasi kan?”. Tanya rio
“Sempet minggu lalu dia hubungi aku”.
“ Terus ?”.
“Ya gak gimana-gimana, ya sekarang Cuma temenan”.
“Ouww”.
”Nanti pulang bareng ya?”. Ajak Ine.
“Tapikan arah rumah kita beda”.
“Tapikan arah dari Fakultas kita menuju gerbang keluar kampus sama kan?”. Jawab Ine.
“Kamu ini bisa aja kalau bercanda”.
“Jadi gimana mau bareng gak?”.
“Iya-iya”.

Jam kuliah telah habis, ine dan rio pulang beriringan dengan sepede motor milik mereka masing-masing dan saling bercanda dengan senyuman dan tatapan yang bahagia. Sebelum sampai gerbang kampus tiba-tiba mata rio mengarah di sebuah fakultas lain dan tampak seorang wanita  duduk seorang diri diantara kerumunan orang. Seperti tak asing baginya, benar saja itu adalah gadis masa lalunya. Tak sengaja juga spontan gadis itu melihat rio bersama orang lain yang membuat raut wajah gadis itu berubah raut wajah sedih. Sementara rio seperti kembali kemasa lalu saat melihat gadis itu, tetapi dia berusaha menerima kenyataan kalau gadis itu bukan miliknya lagi dan menepis pandangan itu.
“Kamu kenapa yo”. Tanya ine
“Gak papa kok ine”.
“Beneran?, kamu liatin apa sih dari tadi?”. Tanya ine bingung.
“Gak, enggak papa, aku liatin masa depan kita”. Jawab rio bercanda.
“Rio bercanda dehh”.
“Hehe, iya maaf”.

Bahkan sesakit-sakitnya teriris pisau pun dapat disembuhkan, tapi walaupun diberi obat terbaikpun hati tak bisa disembuhkan. Sampai kapan luka ini tetap menganga tanpa ada tanda-tanda mengering sedikitpun. Yang terluka bahkan hampir mati menahan sakit yang berkepanjangan.
***
“Hari ini pulang bareng ya, ku tunggu”. Pesan dari gadis masa lalu.
Apa maksut gadis itu, tiba-tiba ingin ketemu. Bagaimana rio menolaknya kalau sebenernya hatinya juga menginginkannya.
“Jam berapa?”. Tanya rio
“Jam 4”.
“Baiklah”.
Akhirnya waktupun cepat berlalu,
“Udah lama nunggu”. Tanya rio dengan jantung yang berkontraksi.
“Baru aja, yuk! “. Ajak gadis itu.
“Sekarang susah untuk sekedar ketemu”. Tiba-tiba terlontar kalimat dari gadis itu.
“(rio hanya terdiam)”.
“Aku tau ada orang lain”. Kata gadis itu.
“Orang lain?”. Tanya rio.
“Iya orang lain”. Jelas gadis itu.
“Bukannya kamu?”. Tegas rio
“Iya aku, itu karena kamu pengecut”.
“Pengecut?”
“Kamu pengecut untuk memperjuangkanku”.
“(hanya diam)”.
“Kamu gak ngerti”. Kata rio.
“Kamu yang enggak ngerti”. Tegas gadis itu.
“(hanya diam)”.
“Seandainya waktu itu kamu sedikit lebih cepat, pasti aku pilih kamu. Awalnya aku ingin menunggu, tapi aku berfikir harus berapa lama untuk menunggu orang yang tak pernah punya kepastian seperti kamu. Meskipun aku cinta, tapi akhirnya aku lebih memilih untuk dicintai dari pada mencintai”. Ungkap gadis itu.
“(rio tak henti menatap gadis itu)”.
“Aku udah mengihklaskanmu, tapi entah mengapa hati ini sakit melihat kau bersama orang lain”. Ungkap gadis itu lagi.
“Orang lain?”. Tanya rio.
“Kemarin”.
“Cuma teman”. Jelas rio.
“Aku mohon janji satu hal sama aku”
“Apa?”
“Jangan pernah tinggalin siapapun lagi, terutama orang-orang yang dekat denganmu nanti. Sepertinya wanita itu baik”.
“Yahh, dia memang baik”. Jawab rio
“Hmm”. Gadis itu hanya menghela nafas.
“Kamu juga janji sama aku”.
“Apa?”. Tanya gadis itu.
“Kamu harus bahagia, meskipun bukan dengan aku”. Jawab rio.
“(gadis itu hanya menangis)”.

Sepertinya itu pertemuan terakhir mereka. Jika sekedar mencintai harus serumit ini, apakah keselahan terbesar dalam permasalahan mereka adalah keterlambatan mengungkapkan perasaan. Mungkin rio selalu terlambat dalam  hal hati. Mungkin ini adalah terakhir kali rio mencintai, ia mencintai gadis itu. Perkenalan yang cukup lama, kedekatan yang cukup lama namun mencintai yang hanya sekejab.
Cinta butuh keberanian, butuh kesiapan. Jika tak memiliki keberanian seumur hidup kamu akan menyesalinya. Itulah akhir dari cinta mereka. Mungkin ada seseorang yang akan bertanya alasan apa yang membuat pemuda itu meninggalkan gadis itu. Yahhhh, pemuda itu CEMBURU, cemburu yang gak pernah dikatakan pada gadis itu. Pemuda itu mundur saat dia tau gadis itu telah bersama orang lain, ia tak perduli apakah gadis mencintai pemuda itu ataukah hanya jadi pelampiasan dirinya. Yang jelas hanya pergi menjauh yang ia lalukan pada saat itu. Fikirannya tak bisa berfikir positif, yang ia rasa hatinya patah. Sejak itu pemuda itu melanjutkan hidupnya tapi bukan berarti ia berhenti mencintai dan berharap.

SELESAI........