Kenyataannya Harus Pergi
Sudah berulang kali Aku berusaha menyadarkan diri, bahwa
Aku bukan apa-apa. Namun, tetap saja cemburuku mampu mengoyak sebongkah benda
di dalam dada (hati). Sudah seringku meyakinkan sadarku, bahwa kedekatan yang
terjadi jangan pernah tumpahkan harapan. Aku terlena benar tak sadar bahwa
sejak lama Aku telah menaruh harap padanya. Aku tak mengerti, Aku bukan bodoh
hanya saja Aku tak tau lagi menyebut diriku lebih dari kata bodoh.
Mengapa? Hanya padamu Aku
bisa menjatuhkan hati. Aku tau hatiku tak pernah bisa Kau tampung, dan tetap
saja Aku suka menjatuhkan hatiku berkali-kali. Kau tau seberarti apa Kau
untukku? Aku bisa menjadi apapun untukmu, memberikan waktu sebanyak apapun
untukmu. Tapi maafkan Aku, Aku tak berdaya jika dihadapkan dengan patahnya
hati. Aku tak bisa melihatmu dengan manusia lain, berkali-kali Kau menjelaskan
bahwa makhluk itu bukan apa-apa dan berkali-kali hatiku terhantam hebat. Sadarnya
Aku, Aku bukan siapa-siapa yang tak boleh menginginkan apa-apa darimu. Aku hanya
manusia yang tak sengaja singgah dan kebetulan sedikit lama menetap, pada
akhirnya Tuhan menitipkan rasa nyaman hingga menjatuhkan hatiku padamu.
Aku manusia yang sama, selalu merindukanmu
diam-diam. Manusia yang terlihat sangat kuat mencari alasan untuk menghindar
jika Kau katakan ingin bertemu, meskipun kenyataannya Aku sangat
menginginkannya. Kau manusia yang sama mendebarkan jantung ini tiba-tiba saat
dihadapanmu, dan Kau manusia satu-satunya yang membuat mataku tak bisa melihat
lurus, Kau yang membuat mulutku bisu tanpa sebab dan Kau manusia satu-satunya
yang bisa membuat wajahku hanya bisa merespon satu arah saat dihadapanmu (menunduk
tak menatap). Yah,, Kau manusia satu-satunya yang bisa merusak seluruh panca
indraku saat didekatmu. Yang harus Kau tau, mungkin saat ini Kau menganggapku
manusia paling menyebalkan yang mempermainkan hatimu, terlalu sering pergi
darimu, seperti tak perduli dengnmu, seperti tak ada hati denganmu, selalu
berubah-ubah sikapku terhadapmu, kali ini Aku tak akan menghubungimu dan Aku
yakin dengan kerasnya egomu Kau tak akan juga menghubungiku karena Aku tau Kamu.
Kau juga berhak tau bahwa itu adalah trikku untuk membuat Kau tak nyaman denganku
dan membuatmu membenciku, dengan begitu Aku tak susah payah menghancurkan
hatiku untuk menjauhimu. Perlahan Kau yang akan pergi dariku, tinggallah Aku
disini merasakan tarikan nafas yang mulai berkurang seiring Kau mulai menjauh.
Mengenalmu Aku tak pernah
menyesal, meskipun pada akhirnya Aku yang berulang kali tergagalkan. Sudah lama
Aku menjatuhkan hati padamu, namun Aku lebih suka berdiam-diam. Aku sangat suka
mendengar suaramu, itu sudah sangat cukup tanpa harus menarik Kau dalam hidupku
sebagai milikku. Tapi maafkan Aku, Aku sudah berulang kali mencoba kuat. Kali ini
Aku benar sangat tak kuat bahwa hatimu bukan Aku, melihatmu dengan makhluk lain
meskipun sekedar gambar yang berusaha pernah Kau jelaskan bukan apa-apa. Bukankah
Aku juga bukan apa-apa bagimu. Aku suka berdiam-diam, dan kali ini juga akan
diam bahwa Aku sangat terluka bahwa Aku akan diam-diam jauh dari apapun
tentangmu. Bahwa Aku terlalu menjatuhkan hati padamu, bahwa kenyataan yang
benar Aku tak kuat CEMBURU.