Aku ingin hidup tenang, di ujung keindahan...
Tanpa unsur kebencian...
Tanpa unsur saling menjatuhkan...
Tanpa unsur politik tak sehat...
Aku ingin hidup tenang, di kota kecil nan menyejukkan...
Senyum bertebaran di penjuru tempat, sapaan ramah nan sopan mengademkan hati..
Aku ingin hidup tenang, tanpa merebut kan harta dan tahta...
Aku ingin hidup tenang, menghabiskan malam di taman kota dengan alunan musik penyejuk hati...
Aku ingin hidup tenang, kelak bersama keluarga kecilku...
Itulah impian ku.
Rabu, 21 November 2018
Sabtu, 18 Agustus 2018
Tentang Percakapanku Dengan Tuhan Diawal Tahun Lalu
Ketika kita mencintai, hal utama yang selalu di pegang adalah keihklasan, mencintai dengan dewasa, mencintai dengan sehat.
Jika jatuh cinta bisa dikendalikan, Aku akan membuat hati ini tidak jatuh cinta dulu. Aku akan memilih jatuh cinta ke hati yang tepat. Akan tetapi nyatanya, cinta itu buta. Tidak bisa melihat saat ingin menjatuhkan hati.
Di ulang tahunku awal tahun lalu yang ke-21, Aku sempat berdoa dengan Tuhan. "Aku membuka hati di tahun 2018 ini, untuk siapa pun yang datang Aku menunggunya" begitu kira-kira percakapanku dengan Tuhan malam itu.
Aku tidak pernah mengira, Tuhan sangat serius menanggapi doaku saat itu, tiba-tiba saja Dia membuat semuanya tampak mudah. Pertama, Ia menghilangkan ingatanku dengan masa lalu yang bertahun-tahun Aku harapkan segera bisa melupakan kisah yang mengurus hati itu. Dan selanjutnya Ia mempertemukan ku dengan seseorang yang Aku fikir itu tidak mungkin membuat ku bisa jatuh cinta sedalam ini hanya dengan suaranya.
Kenapa ya Tuhan, Kau tak henti-hentinya menjebakku dengan cinta yang semu, cinta yang tidak mungkin Aku gapaiπ. Cinta apa ini ya Tuhaaannn π₯.
Jika jatuh cinta bisa dikendalikan, Aku akan membuat hati ini tidak jatuh cinta dulu. Aku akan memilih jatuh cinta ke hati yang tepat. Akan tetapi nyatanya, cinta itu buta. Tidak bisa melihat saat ingin menjatuhkan hati.
Di ulang tahunku awal tahun lalu yang ke-21, Aku sempat berdoa dengan Tuhan. "Aku membuka hati di tahun 2018 ini, untuk siapa pun yang datang Aku menunggunya" begitu kira-kira percakapanku dengan Tuhan malam itu.
Aku tidak pernah mengira, Tuhan sangat serius menanggapi doaku saat itu, tiba-tiba saja Dia membuat semuanya tampak mudah. Pertama, Ia menghilangkan ingatanku dengan masa lalu yang bertahun-tahun Aku harapkan segera bisa melupakan kisah yang mengurus hati itu. Dan selanjutnya Ia mempertemukan ku dengan seseorang yang Aku fikir itu tidak mungkin membuat ku bisa jatuh cinta sedalam ini hanya dengan suaranya.
Kenapa ya Tuhan, Kau tak henti-hentinya menjebakku dengan cinta yang semu, cinta yang tidak mungkin Aku gapaiπ. Cinta apa ini ya Tuhaaannn π₯.
Selasa, 14 Agustus 2018
Dilema Pertama Kali Pacaran
Ketika dulu semua orang mengolok-olok dengan kata-kata jomblo rasanya sih biasa aja meskipun agak-agak gimana gituπ
. Tetep aja saya menikmati rasanya kebebasan yang seutuhnya, dari mulai bebas chat dengan siapa saja, buat status mengenai apa aja, jalan kemana aja tanpa harus ada laporan.
Sekarang ketika orang gak nyebut lagi dengan kata jomblo rasanya seneng, tapi senengnya sebatas huhhhh, akhirnya gak jomblo lagi π, itu aja sih. Yang dikira pacaran bisa membawa hidup seperti orang-orang nyatanya orang-orang itu hanya bahagia di luar doang dalamnya mah ngerasa terkekang juga. Contoh nya aja, yang dulunya chat bebas sama sapa aja sekarang mah harus di batasi, bayak ditanyak-tanyak hari ini chat siapa aja cobak capture kirim ke aku π. Trus lagi masalah story di sosmed yg biasa bebas, ini mah harus hati hati buatnya, kalau bertentangan dengan hubungan akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan kecurigaan gak jelas misalnya aja, lu buat kata "Lelah" si doi bakal tanya "lelah kenapa?lelah sama hubungan ini?" Dan pas lu bilang "bukan kok sayang, lelah fisik aja" lu akan di tuduh bohongπ. Saat lu ingin pergi, lu akan merasakan saat-saat yang agak mainstream π° atau seperti lapor ke pak RT π yang bacaan nya tamu wajib lapor, tapi ini agak di ganti pacar wajib lapor π. Pas lu laporan bakal ada banyak pertanyaan, mau kemana? Sama siapa? Tempat nya jauh gak? Pulang jam berapa? Yang lebih parahnya nanti kalau udah Sampek tempatnya Pap ya sayang disana sama sapa-sapa ajaπ.
Ketika awal jomblo lu berfikir kalau pacaran itu ada yang merhatiin, peduliin, terus ada yang sayangi. Seketika itu pas lu udah jalani rasanya pacara lu akan berfikir kenapa dulu saya pacaran π dan lu akan merindukan masa-masa jomblomu.
Akhirnya mau gak mau lu harus ngejalanin hubungan yang udah lu bangun sampai diantara keduanya bisa saling mengerti dan menerima satu sama lain. ☺️
Sekarang ketika orang gak nyebut lagi dengan kata jomblo rasanya seneng, tapi senengnya sebatas huhhhh, akhirnya gak jomblo lagi π, itu aja sih. Yang dikira pacaran bisa membawa hidup seperti orang-orang nyatanya orang-orang itu hanya bahagia di luar doang dalamnya mah ngerasa terkekang juga. Contoh nya aja, yang dulunya chat bebas sama sapa aja sekarang mah harus di batasi, bayak ditanyak-tanyak hari ini chat siapa aja cobak capture kirim ke aku π. Trus lagi masalah story di sosmed yg biasa bebas, ini mah harus hati hati buatnya, kalau bertentangan dengan hubungan akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan kecurigaan gak jelas misalnya aja, lu buat kata "Lelah" si doi bakal tanya "lelah kenapa?lelah sama hubungan ini?" Dan pas lu bilang "bukan kok sayang, lelah fisik aja" lu akan di tuduh bohongπ. Saat lu ingin pergi, lu akan merasakan saat-saat yang agak mainstream π° atau seperti lapor ke pak RT π yang bacaan nya tamu wajib lapor, tapi ini agak di ganti pacar wajib lapor π. Pas lu laporan bakal ada banyak pertanyaan, mau kemana? Sama siapa? Tempat nya jauh gak? Pulang jam berapa? Yang lebih parahnya nanti kalau udah Sampek tempatnya Pap ya sayang disana sama sapa-sapa ajaπ.
Ketika awal jomblo lu berfikir kalau pacaran itu ada yang merhatiin, peduliin, terus ada yang sayangi. Seketika itu pas lu udah jalani rasanya pacara lu akan berfikir kenapa dulu saya pacaran π dan lu akan merindukan masa-masa jomblomu.
Akhirnya mau gak mau lu harus ngejalanin hubungan yang udah lu bangun sampai diantara keduanya bisa saling mengerti dan menerima satu sama lain. ☺️
Sabtu, 19 Mei 2018
"KAU & NEGERI DI ATAS AWAN"

Oleh: Hariyati
Waktu itu, yahh 3 tahun yang lalu. Aku ingat betul setiap menjelang malam Aku duduk diatas balkon menikmati pemandangan luar biasa. Orang-orang biasa menyebut kota itu adalah Negeri di atas Awan. Aku ingat, saat itu Aku dibatasi oleh jarak yang selalu menambah rindu. Saat itu Kau selalu bertanya "Kapan kembali?".
Seperti biasa Aku berusaha meyakinkanmu Aku pasti pulang. Kau katakan, jika Aku pulang kita akan menghabiskan waktu bersama. Kau bahkan menentukan jenis tranportasi apa yang akan kita gunakan untuk liburan kita, jika Aku pulang nanti. Kau berkali-kali menanyakan bulan dan tanggal, seolah Kau tak sabar menantikanku pulang. Sempat Aku tersenyum sendiri melihat Kau tiba-tiba marah saat ku katakan Aku akan pulang tahun depan. Bagaimana tidak Aku menggelengkan kepala melihat tingkah lucumu itu. Kau pasti sudah tau bukan, bahwa saat itu bulan Desember dan sudah pasti jika Aku pulang bulan depan tahun juga akan berganti dan tak salah jika Aku katakan Aku akan pulang tahun depan. Saat itu Kau tetap saja ngeyel tak membolehkanku mengatakan jika Aku akan pulang ditahun depan. Katamu tahun depan itu waktu yang sangat lama, sekalipun waktu berada di detik-detik berganti nya tahun.
Berkali-kali Kau mengatakan hal yang sama setiap harinya, seolah pagi adalah waktu yang Kau tunggu setiap harinya.
Namun kenyataan lain, Aku melihat Kau foto bersama orang lain dimalam tahun baru. Entah siapa Dia, Aku tidak ingin bertanya tentang Dia. Aku hanya ingin pergi dari hidupmu malam itu, tidak perduli penjelasanmu dan tidak ingin mengenalmu. Kau berusaha mencari tau kabarku tentang mengapa tiba-tiba saja malam itu Aku menghilang, tentang mengapa tiba-tiba saja malam itu ponselku tidak bisa dihubungi. Aku tau dibenakmu banyak beribu pertanyaan tentangku, tetap saja Aku memilih pergi.
Setidaknya, setelah peristiwa itu Aku mempunyai alasan untuk tidak kembali. Walaupun pada akhirnya Aku tidak bisa menolak takdir, 1 tahun kemudian Tuhan mempertemukan kita entah untuk alasan apa. Dan Aku fikir perasaan tidak lagi sama, namun tetap saja ada.
Kita bertemu ditempat yang sama dengan keadaan yang berbeda. Rasanya Aku ingin pergi lagi untuk mengindarimu, ketempat yang lalu yang orang sebut "Negeri di atas Awan" disana tak kutemukan manusia seperti dirimu, meskipun Aku tau jauh darimu Aku merasa rindu. Dan yang harus Kau tau Aku bukan manusia yang mampu mengontrol cemburu yang baik.
Oleh: Hariyati
Waktu itu, yahh 3 tahun yang lalu. Aku ingat betul setiap menjelang malam Aku duduk diatas balkon menikmati pemandangan luar biasa. Orang-orang biasa menyebut kota itu adalah Negeri di atas Awan. Aku ingat, saat itu Aku dibatasi oleh jarak yang selalu menambah rindu. Saat itu Kau selalu bertanya "Kapan kembali?".
Seperti biasa Aku berusaha meyakinkanmu Aku pasti pulang. Kau katakan, jika Aku pulang kita akan menghabiskan waktu bersama. Kau bahkan menentukan jenis tranportasi apa yang akan kita gunakan untuk liburan kita, jika Aku pulang nanti. Kau berkali-kali menanyakan bulan dan tanggal, seolah Kau tak sabar menantikanku pulang. Sempat Aku tersenyum sendiri melihat Kau tiba-tiba marah saat ku katakan Aku akan pulang tahun depan. Bagaimana tidak Aku menggelengkan kepala melihat tingkah lucumu itu. Kau pasti sudah tau bukan, bahwa saat itu bulan Desember dan sudah pasti jika Aku pulang bulan depan tahun juga akan berganti dan tak salah jika Aku katakan Aku akan pulang tahun depan. Saat itu Kau tetap saja ngeyel tak membolehkanku mengatakan jika Aku akan pulang ditahun depan. Katamu tahun depan itu waktu yang sangat lama, sekalipun waktu berada di detik-detik berganti nya tahun.
Berkali-kali Kau mengatakan hal yang sama setiap harinya, seolah pagi adalah waktu yang Kau tunggu setiap harinya.
Namun kenyataan lain, Aku melihat Kau foto bersama orang lain dimalam tahun baru. Entah siapa Dia, Aku tidak ingin bertanya tentang Dia. Aku hanya ingin pergi dari hidupmu malam itu, tidak perduli penjelasanmu dan tidak ingin mengenalmu. Kau berusaha mencari tau kabarku tentang mengapa tiba-tiba saja malam itu Aku menghilang, tentang mengapa tiba-tiba saja malam itu ponselku tidak bisa dihubungi. Aku tau dibenakmu banyak beribu pertanyaan tentangku, tetap saja Aku memilih pergi.
Setidaknya, setelah peristiwa itu Aku mempunyai alasan untuk tidak kembali. Walaupun pada akhirnya Aku tidak bisa menolak takdir, 1 tahun kemudian Tuhan mempertemukan kita entah untuk alasan apa. Dan Aku fikir perasaan tidak lagi sama, namun tetap saja ada.
Kita bertemu ditempat yang sama dengan keadaan yang berbeda. Rasanya Aku ingin pergi lagi untuk mengindarimu, ketempat yang lalu yang orang sebut "Negeri di atas Awan" disana tak kutemukan manusia seperti dirimu, meskipun Aku tau jauh darimu Aku merasa rindu. Dan yang harus Kau tau Aku bukan manusia yang mampu mengontrol cemburu yang baik.
Sabtu, 31 Maret 2018
Kenyataannya Harus Pergi
Kenyataannya Harus Pergi
Sudah berulang kali Aku berusaha menyadarkan diri, bahwa
Aku bukan apa-apa. Namun, tetap saja cemburuku mampu mengoyak sebongkah benda
di dalam dada (hati). Sudah seringku meyakinkan sadarku, bahwa kedekatan yang
terjadi jangan pernah tumpahkan harapan. Aku terlena benar tak sadar bahwa
sejak lama Aku telah menaruh harap padanya. Aku tak mengerti, Aku bukan bodoh
hanya saja Aku tak tau lagi menyebut diriku lebih dari kata bodoh.
Mengapa? Hanya padamu Aku
bisa menjatuhkan hati. Aku tau hatiku tak pernah bisa Kau tampung, dan tetap
saja Aku suka menjatuhkan hatiku berkali-kali. Kau tau seberarti apa Kau
untukku? Aku bisa menjadi apapun untukmu, memberikan waktu sebanyak apapun
untukmu. Tapi maafkan Aku, Aku tak berdaya jika dihadapkan dengan patahnya
hati. Aku tak bisa melihatmu dengan manusia lain, berkali-kali Kau menjelaskan
bahwa makhluk itu bukan apa-apa dan berkali-kali hatiku terhantam hebat. Sadarnya
Aku, Aku bukan siapa-siapa yang tak boleh menginginkan apa-apa darimu. Aku hanya
manusia yang tak sengaja singgah dan kebetulan sedikit lama menetap, pada
akhirnya Tuhan menitipkan rasa nyaman hingga menjatuhkan hatiku padamu.
Aku manusia yang sama, selalu merindukanmu
diam-diam. Manusia yang terlihat sangat kuat mencari alasan untuk menghindar
jika Kau katakan ingin bertemu, meskipun kenyataannya Aku sangat
menginginkannya. Kau manusia yang sama mendebarkan jantung ini tiba-tiba saat
dihadapanmu, dan Kau manusia satu-satunya yang membuat mataku tak bisa melihat
lurus, Kau yang membuat mulutku bisu tanpa sebab dan Kau manusia satu-satunya
yang bisa membuat wajahku hanya bisa merespon satu arah saat dihadapanmu (menunduk
tak menatap). Yah,, Kau manusia satu-satunya yang bisa merusak seluruh panca
indraku saat didekatmu. Yang harus Kau tau, mungkin saat ini Kau menganggapku
manusia paling menyebalkan yang mempermainkan hatimu, terlalu sering pergi
darimu, seperti tak perduli dengnmu, seperti tak ada hati denganmu, selalu
berubah-ubah sikapku terhadapmu, kali ini Aku tak akan menghubungimu dan Aku
yakin dengan kerasnya egomu Kau tak akan juga menghubungiku karena Aku tau Kamu.
Kau juga berhak tau bahwa itu adalah trikku untuk membuat Kau tak nyaman denganku
dan membuatmu membenciku, dengan begitu Aku tak susah payah menghancurkan
hatiku untuk menjauhimu. Perlahan Kau yang akan pergi dariku, tinggallah Aku
disini merasakan tarikan nafas yang mulai berkurang seiring Kau mulai menjauh.
Mengenalmu Aku tak pernah
menyesal, meskipun pada akhirnya Aku yang berulang kali tergagalkan. Sudah lama
Aku menjatuhkan hati padamu, namun Aku lebih suka berdiam-diam. Aku sangat suka
mendengar suaramu, itu sudah sangat cukup tanpa harus menarik Kau dalam hidupku
sebagai milikku. Tapi maafkan Aku, Aku sudah berulang kali mencoba kuat. Kali ini
Aku benar sangat tak kuat bahwa hatimu bukan Aku, melihatmu dengan makhluk lain
meskipun sekedar gambar yang berusaha pernah Kau jelaskan bukan apa-apa. Bukankah
Aku juga bukan apa-apa bagimu. Aku suka berdiam-diam, dan kali ini juga akan
diam bahwa Aku sangat terluka bahwa Aku akan diam-diam jauh dari apapun
tentangmu. Bahwa Aku terlalu menjatuhkan hati padamu, bahwa kenyataan yang
benar Aku tak kuat CEMBURU.
Kamis, 29 Maret 2018
Pesan Tulisan Untuk Kamu
Bagaimana mungkin, merindukanmu sesulit ini. Bertahun-tahun
Aku tak pernah bisa memahami maksut hatimu. Bukan, bukan Aku tak bisa memahami
hatimu. Aku sudah lama mengerti Kamu dan mungkin Kau juga sangat mengerti aku. Tapi
entah bagaimana ini semua menjadi sesulit ini, tulisanku tempo hari membuat Aku
bertahan bahwa mengagumimu hanya cukup sebatas ilusiku.
Kamu hadir lagi, Aku bahagia. Kamu datang Aku merasa
hidup lagi, setelah kepergianmu Aku merasa mati berbulan-bulan bahkan pernah
mencapai setahun. Aku tak pernah mengerti kenapa Kamu sebegitu berperannya
dihidupku. Jika Aku ingat-ingat pertama kali bertemu Kamu waktu itu Aku tak
pernah menduga akan sesulit ini keluar dari hidupmu. Aku tak tau apa yang
istimewa darimu, yang Aku tau Aku merasa ingin hidup lebih lama, Aku ingin
berlama-lama terjaga dimalam hari, Aku ingin berlama-lama mendengar apa yang Kau
ingin perdengarkan, bahkan Aku ingin setiap saat merasa dekat. Aku tidak peduli
jika itu hanya sebatas ilusi yang tak pernah terjadi tatapan.
Lewat tulisan ini Aku hanya bisa menyampaikan ilusi-ilusi
yang Aku ciptakan karenamu. Aku tak pernah ingin tau bagaimana hatimu
tentangku, seperti ini sudah cukup. Merasa kau ada, sudah cukup membuatku
bernafas.
Tak pernah terlintas bagaimana menyampaikan pesan rindu
ini padamu, Aku masih bisa merindu itu sudah sangat membahagiakan. Berkali-kali
Kau pergi, dan berkali-kali keadaan meyakinkanku Kau pasti kembali. Yang tak
pernah kumengerti, kenapa sesulit itu mengatakan Aku rindu kamu, mungkin
mendengar suaramu sudah cukup menenangkan. Entah kenapa bertengkar denganmu aku
merasa itu biasa, jika tak bertengkar Aku merasa itu bukan kamu. Aku suka saat
kita berdiam-diam, Aku suka dengan itu semua.
Aku kuat, bahkan baja sekalipun tak pantas bersanding
melawan kerasnya hatiku. Satu hal yang membuatku tak sekuat baja, aku tak bisa
melihat kamu dengan manusia lain. Aku bisa pergi sejauh mungkin tanpa
mengatakan apapun, maka jangan mengatakan tentang siapapun dihadapanku karena
itu sangat cukup melukai hatiku.
Pengakuanku, Aku sangat menyayangimu dan mungkin itu
tanpa Kau tau. Kamu masih menjadi orang yang sama yang selalu kurindukan sampai
saat ini. Kamu masih jadi satu-satunya manusia yang bisa mengobrak-abrik
jantung ini tak karuan. Kamu satu-satunya sosok yang bisa membuatku pergi bekali-kali
lalu kembali menuju Kamu dengan pasti. Kamu masih menjadi orang yang membuat
Aku tak mampu jujur bahwa sebenarnya Aku rindu kamu. Kamu satu-satunya yang
bisa membuatku tak pernah bisa bosan mendengarkan suaramu. Dan Kamu adalah
manusia ternyamanku.
Rabu, 07 Februari 2018
"Pesan Singkat & Pertemuan"
Rindu, dan Bukan Lagi Milikku
Seandainya
melupakanmu semudah itu, mungkin sudah dari dulu Aku bahagia. Entah berapa hati
yang Ku tolak, padahal mereka datang dengan cinta yang baik. Tetap saja
adiksiku masih saja Kamu, tetap kentara dan masih sangat sempurna.
Coba Kau lihat
sejenak, ada sepotong hati yang kini beku sejak Kau tinggalkan tiga tahun yang
lalu. Seandainya Kau tau jika hati itu kini telah menolak ribuan hati, yah itu
semua karenamu yang sulit untuk dilupakan.
Kini Kau punya
Dia, tapi kenapa Kau masih saja menginginkan Aku. Teman katamu, apakah Kau
waras menginginkan kita menjadi teman setelah Kau sebelumnya sempat menjadi
kekasihku. Mungkin Kau bisa menganggapku sebatas teman, tapi bagaimana
denganku? Tidak, Aku tidak bisa.
Pernahkah Kau tau,
saat ini aku merindukanmu. Kekasih milik laki-laki lain, itu yang membuatku
mundur jauh kebelakang hingga tak terlihat lagi. Saat pesanmu muncul, Aku berpura-pura menjadi
lain untuk sekedar memahamimu. Pada dasarnya Aku menyimpan rindu yang berusaha kusimpan
disetiap obrolan singkat yang sesekali muncul, meskipun itu hanya satu atau dua
kata bahkan bisa jadi sebuah pesan yang tak pantas disebut percakapan.
Pesan Yang Selalu Sama
Sore itu, Aku
tak menyangka jika lagi-lagi Kau menginginkan pertemuan denganku. Pesan yang
selalu sama Kau kirim membuat hatiku memberontak agar segera meng-Iyakannya.
Tapi Kau harus paham, jika sore itu tekatku lebih kuat untuk bisa lepas darimu.
Seperti biasa
sore itu Aku keluar ke sebuah caffe, notebook berukuran 10 inci selalu
menemaniku dia selalu setia mencatat seluruh keluhan apa saja yang ada dihati.
Satu gelas kopi panas ekstra susu yang selalu ku pesan menambah daya
imajinasiku untuk menyalurkan hobi menulisku.
Aku duduk
dengan tangan bermain dikeyboard notebookku, menuangkan bait demi bait kalimat
pelepas kenangan, tanganku mengambil ponsel yang ada disaku celanaku membuka
pesan dari gadis masa lalu yang Dia
kirimkan beberapa saat yang lalu. Ku hela nafas sepanjang mungkin dan
mengeluarkan dengan perlahan, dan kembali memasukkan ponselkku kedalam saku.
Mataku kembali menatap layar notebook, pikirankku menerawang jauh hingga
mencapai kenangan dimasa lalu.
“Jika Aku bisa
memilikimu lagi, mungkin Aku manusia yang paling bahagia sekarang”. Gumamku
dengan kesedihan mendalam.
Sekali lagi
tanganku mengambil ponsel yang ada disaku celana, dan membuka pesan yang selalu
ku lihat berkali-kali sejak tadi. Ku hapus pesan itu dengan berat hati agar ku
tak semakin terlukai dengan pesan yang selalu sama itu.
“Hei, Bara lo
disini juga” Sapa Jodi padaku.
“Eh, Jodi. Iya
Di biasalah.” Jawabku menyambutnya.
“Gue duduk di sini
ya? Gak papakan?”.
“Ya gak papalah,
malah seneng gue ada temennya” Jawabku.
“Tulisan yang
lo posting bulan lalu keren Bar, Gue sampek terbawa suasana bacannya” Ungkap
Jodi menanggapi tulisan yang ku posting di blog pribadiku bulan lalu.
“Makasih Di lo
udah mau baca” Jawabku dengan tersenyum
“Kenapa gak lo
kirim aja kepenerbit, majalah, atau kemana kek. Gue yakin pasti diterima” Saran Jodi padaku.
“Ah, buat apa,
Gue nulis beginian Cuma untuk menyalurkan hobi aja kok Di. Gue lihat banyak
yang suka aja udah seneng” Jawabku.
“Tapi kan
sayang Bar, oh iya ngomong-ngomong ini kisah nyata yang lo tulis Bar?” Tiba-tiba Jodi bertanya tentang tulisanku.
“(Aku hanya
tersenyum)”.
“Miris amat Bar
hidup lo” Jawab Jodi melihatku dengan wajah ibah.
“Ah, biasa aja
Di” Jawabku dengan tertawa.
Mereka tertawa
berbarengan, senda gurau sore itu sejenak dapat melupakan kesedihan yang
dirasakan.
“Bar, aku pergi
duluan ya? Aku ada janji dengan pacarku” Jodi pamit untuk pergi.
“Iya Di”.
“Good luck,
buat tulisanmu. Semoga menemukan pengganti” Ejek Jodi padaku dan aku hanya
tertawa melihatnya.
Suasanapun
semakin sepi, ku lihat waktupun semakin menuju malam. Aku segera mematikan
notebookku dan memasukkannya kedalam tas, aku segera pulang.
Nada Dering Pesan Itu Aku Benci
Hampir setiap
menitnya kita selalu meluangkan waktu untuk saling memberi kabar. Kau selalu
cemas jika Aku tak memberi kabar meskipun itu hanya setengah hari, Aku juga
sama. Kabar darimu saat itu sudah menjadi kebutuhan hidupku, jika tidak Aku
merasa ada yang kurang dan Aku merasa ingin mati. Kira-kira seperti itulah.
Aku ingat
betul, nada pesan singkatku waktu itu. Nadanya sangat singkat dan sederhana,
tapi nada itu sudah ku anggap sangat penting. Bertahun-tahun nada itu ku
dengar, bertahun-tahun aku merasa selalu bersamamu. Nada itu ku anggap isyarat
bahwa Kau ada, bahwa pesan rindumu telah sampai kepadaku. Aku sangat bahagia
jika nada itu berdering, Aku merasa kau hadir, Kau ada didekatku, Aku merasa Kau
milikku sepenuhnya.
Kini semua
telah berbanding terbalik, nada-nada itu telah lenyap. Bahkan Aku tak ingin
mendengarnya lagi. Aku selalu marah jika ada ponsel lain yang menggunakan nada itu
dan terdengar ditelingaku, Aku benci nada itu. Saat ini aku egois. Aku tak
ingin mengingatmu yang tak bisa ku miliki, bahwa sebenarnya Aku sangat merindukanmu. Aku ingin bersamamu lagi, Aku ingin dan sangat ingin. Tapi
bagaimana dengan Dia? Itu yang kini
menjadi alasanku tak lagi memperjuangkanmu.
Pertemuan Pertama Setelah Sekian Lama
Sekitar pukul
9:45 kira-kira saat itu, Aku mengendarai sepeda motorku dengan perlahan. Aku
rasa saat itu Aku tidak akan terlambat masih ada waktu 20 menit lagi jam kuliah
dimulai. Saat Aku akan segera sampai tiba-tiba Aku berpaspasan dengan seseorang
yang Aku rasa Aku sangat mengenalnya. Yah, Aku memang mengenalnya. Dia Gadis
itu, Aku terkejut sangat-sangat terkejut. Jantungku berdetak kencang, Dia
tersenyum melihatku. Saat itu aku tak tau harus bagaimana, apakah Aku harus
membalas senyumannya atau tidak. Akan tetapi kejadian itu sangat singkat, kami
sama-sama sedang mengendarai sepeda motor dan saling melewati dengan arah yang
saling bertolak belakang.
Aku segera parkirkan
sepeda motorku, setelah kulangkahkan kakiku beberapa jengkal meninggalkan
parkiran ponselku bergetar, segera ku ambil ponselku yang ada disaku celanaku
dan segera ku baca.
“Selesai kuliah
Aku tunggu kamu di aula kampus”. Tiba-tiba Gadis itu mengirim pesan singkat
padaku.
Aku tak
membalasnya, tapi mataku tak henti melihat pesan singkat yang dikirim Gadis
itu. Ku baca bekali-kali berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa pesan itu
nyata. Aku segera masuk kedalam gedung kampus menuju ruang kelasku. Sepanjang mata
kuliah berlangsung aku merenungi pesan singkat dari Gadis itu hingga mata
kuliah selesai, aku terkejut teman sebelahku menepuk pundakku bermaksut memberi
tahu bahwa kuliah telah selesai. Aku segera menuju parkiran mengambil sepeda
motorku dan menuju aula, ku lihat seorang gadis duduk sendirian di pinggir
mimbar aula yang sangat luas. Ku langkahkan kakiku memberanikan diri untuk
menghampiri.
”Uuu..uudah
lama di sini?” Tanyaku gugup.
“Lumayan” Jawab Gadis itu singkat.
“Ada apa Kamu
suruh aku ke sini?” Tanyaku.
“Gak ada
apa-apa” Jawab gadis itu membuat aku bingung dengan jawabannya atas
pertanyaanku.
“Terus?” Tanyaku.
“Kenapa? Aku
gak boleh ketemu kamu” Jawab gadis itu.
Yaa Tuhannnn,
jantungku berdetak sangat kencang. Aku tak bisa menjawab apapun atas
pertanyaannya. Aku ingin, bahkan berharap bahwa moment ini tak segera berlalu.
Aku ingin berlama-lama bersamanya meskipun tak saling bicara, tak apa. Hampir
15 menit kami saling diam menghabiskan waktu di aula terbuka dengan hembusan
angin sore itu dan kebetulan keberadaan aula yang bersebelahan dengan danau
buatan yang dikelilingi pepohonan.
Lagi-lagi suara
ponsel berdering, dan itu suara nada pesan. Kali ini itu bukan nada
ponselku. Saat Gadis itu membuka pesan
mataku tak sengaja membacanya kebetulan Aku duduk bersebelahan dengannya,
disitu tertulis; “Kamu dimana sayang?” From: boyfriend.
”Aku duluan ya,
gak papakan kamu Aku tinggal?” Pamitku langsung pergi tanpa persetujuan dari
Gadis itu.
“ Tunggu” Ucap
Gadis itu.
Aku menoleh.
“Kamu kenapa?” Ucap Gadis itu lagi.
“ Eng..gak aku
gak papa”.
“kamu marah?” Tanya gadis itu.
“Siapa yang
marah? Aku gak marah”.
“Aku tau, kamu
marah gara-gara ini kan?” Ucap gadis itu sambil menunjukkan isi pesan yang
yang diterimanya tadi dihadapanku.
“Enggak, buat
apa Aku marah? Jawabku mengelak,
“ Kamu gak
marah, tapi kamu cemburukan?” Tegasnya.
Aku diam saja
dan pergi meninggalkan gadis itu.
Jika rasa
cemburu itu wajar dalam suatu hubungan, lantas apa hakku merasa cemburu
dengannya yang diantara Aku dan Dia tak memiliki hubungan apapun. Itu yang
membuatku tak perlu menjelaskan apapun padanya. Yang ku tau dia punya manusia
lain dan Aku bukan siap-siapa dan bukan apa-apa buatnya.
Aku Tau Kamu Online
Terkadang
status dalam sosial media adalah gambaran tentang keadaan yang sedang dirasakan
setiap orang. Kadang kala atau bisa jadi mereka ingin seseorang peka dengan
status yang mereka buat tanpa harus mereka katakan secara langsung. Itu yang
sedang Aku rasakan kini, hari ini Aku membuat status sebanyak mungkin agar Kau
peka apa maksutku. Aku berharap kau mengerti keadaanku saat ini. Tapi tetap
saja Kau berpura-pura tak melihatnya, bahkan Kau malah mengabaikannya. Aku tau
kau sedang online, sistem itu tak mungkin memanipulasi. Kau kejam, kau pandai
berpura-pura terlihat seperti sudah tak lagi memperdulikanku. Apa memang kau
benar-benar sudah tidak peduli? Hanya dengan status itu Aku berani bicara
padamu, sungguh itu benar isi hatiku yang sesungguhnya.
Aku sangat
bahagia saat kau merespon statusku meski itu satu dari ratusan status yang ku
buat, aku merasa itu sudah cukup. Tapi satu yang membuat Aku sangat patah, Kau
mengatakan hal yang menghancurkan hati ini Kau bilang Aku hanya mencari
perhatian saja. Kau sering kali mematahkan harapanku, mengatakan sebait
kata-kata yang tak pernah mau kubaca. Ketahuilah bahwa sepotong ucapanmu selalu
memiliki 2 kesan buatku, kesan yang membahagiakan untukku dan bisa jadi malah
melukaiku.
Tanganku sering
kali hampir tak terkendali ingin membalas status yang Kau buat, Aku tau saat
itu Kau sedang bersedih. Aku ingin menguatkanmu seperti dulu, yang selalu
mengatakan “Kamu kenapa? Coba cerita sama Aku” dan Kamu selalu menceritakan
segala yang kamu rasakan. Begitulah dulu kita saling melengkapi. Tapi saat ini
Aku hanya bisa melihat Kamu dari dunia yang tak nyata, berdoa agar kau selalu
kuat dan bahagia dalam kehidupanmu bersama Dia. Kini aku hanya bisa memastikan
keadaanmu lewat sosial media dimana hanya dengan itu kita bisa memastikan kabar
masing-masing, disitu pula Aku merasa Kau ada Kau berada didekatku. Yang harus
Kau tau, Aku tak pernah mengirim chat padamu bukan berarti aku tak
perduli denganmu hanya saja Aku sedang menyadarkan diri bahwa Aku tak lagi
siap-siapamu. Aku selalu memastikan kabarmu dari sosial media yang menjadi
satu-satunya tempat Aku bisa melihatmu baik-baik saja.
Hujan Sore Itu
Sore itu gedung
kampusku begitu padatnya, semua sibuk mengejar UAS. begitu juga denganku, sore
itu hari terakhir UAS. pukul 17:30 semua UAS ku selesai, Aku duduk bersama
teman-temanku di lobi kampus menikmati sore itu sambil menunggu hujan redah.
Terjebak hujan.
“ Nanti pulang
bareng ya. Bisa?” Tiba-tiba1 pesan masuk diponselku.
“Bisa” Dengan spontan aku membalasanya.
“Jam berapa
keluar kampus?” Tanya gadis itu.
“Ini udah
keluar” Jawabku.
“Yaudah pulang
yok!” Ajaknya
“ Tapi ini
masih hujan” Balasku.
“Gak papa,
kalau nunggu hujan entar kemalaman” Jawabnya.
“Nanti kamu
sakit?”.
“Enggak,
sekali-kalikan gak papa kita hujan-hujannan”.
Aku pun segera
menerjang hujan untuk menjemputnya, seolah-olah Aku tidak sabar bertemu
dengannya. Kenyataannya, jantung ini berdebar tidak karuan. Gugup setengah mati
yang kurasa saat ingin menemuinya. Tapi ku tepis itu semua demi dirinya.
“Ki..kita
pulang sekarang” Aku bertanya sekali lagi saat Aku sampai ditempatnya.
“Jadi?”.
“Kamu gak papa
kehujanan” Jawabku.
“Enggak, Aku kuat
kok. Kamu selalu nyepelein Aku dari dulu” Jawabnya.
“Tapi...”.
“Udah ayokkk!’ Jawabnya langsung naik kesepeda motorku.
Tanpa
buang-buang waktu Aku langsung melajukan sepeda motorku. Hujan semakin deras, Aku
membawa sepeda motorku dengan perlahan. Berkali-kali aku bertanya apakah Dia
baik-baik saja dan Dia selalu bilang baik. Sore itu Aku sangat bahagia bisa
bersamanya, meskipun tak banyak kalimat yang kami keluarkan tapi aku merasa sore
itu sangat istimewa. Aku berharap waktu tak segera berlalu dan hujan tak segera
redah. Meskipun begitu Aku tetap merasa cemas, Aku takut dia jatuh sakit. Tapi
semua sudah terlanjur basah berteduhpun tak berguna lagi. Aku tau dia kuat, dia
tak akan kenapa-kenapa.
Entah kenapa
setiap bersama, kami lebih banyak diam. Aku tak mengerti, entah itu diantara
kami memang tak ada yang berani memulai pembicaraan atau mungkin diantara kami
tak ada yang perlu dibahas lagi. Entah seberapa besar dosaku sore itu, Aku bersama
kekasih orang lain. Tapi Aku tak ingin membohongi hati bahwa Aku masih
mengharapkannya.
Pertemuan Selanjutnya...
Aku terkejut
saat tiba-tiba sore itu pesannya masuk diponselku, ntah yang keberapa kali Dia
mengajakku bertemu dan Aku selalu saja punya alasan untuk menolaknya perlahan.
Dan ntah kenapa juga sore itu tiba-tiba Aku spontan mengiyakannya, setelah
bernegosiasi masalah tempat dan lainnya akhirnya kami memutuskan malam harinya
bertemu. Sepanjang jalan kami mengobrol seperti tak terjadi apa-apa, mungkin
karena saat itu posisiku sedang membocengnya sehingga wajah kami tidak
berhadapan. Aku tak mengerti kenapa Aku selalu gugup jika melihatnya,
seolah-olah Aku tak berdaya saat melihat wajahnya. Akhirnya obrolan itu
berakhir saat sepeda motorku berhenti disebuah cafe tempat tujuan kami
akan menghabiskan waktu malam itu.
Dia memilih
tempat dan memesankan makanan, kami mulai duduk. Saat itulah Aku mulai
merasakan hal yang tak pernah Aku inginkan, Aku benci saat Aku berhadapan
dengannya jantungku seakan tak mau tenang. Mataku tak berani menatap meskipun
sekejab, Kau tau ini alasanku tak berani berlama-lama didekatmu, jantungku
selalu bermasalah didekatmu dia seakan tak mau tenang berdetak didalam dada.
Aku hanya bisa
diam tak menatap tapi aku berfikir Aku tak boleh terus begitu, Aku memberanikan
diri memulai sebuah obrolan. Gugup memang, tapi ku coba terus dan akhirnya
perlahan obrolan mulai lancar tapi tetap saja mata ini tak bergerak melihat.
”Cukup susah
untuk sekedar bertemu “. Ucapnya memulai obrolan.
Saat itu aku
bingung harus berkata apa, Aku tak punya jawaban apapun. Apa yang diucapnya
semua benar.
“Sekarangkan
sudah ketemu”. Jawabku.
“Ia memang,
tapi butuh proses yang panjang”. Jawabnya.
Lagi-lagi yang
ku lakukan hanya diam. Ntah kenapa berbicara dihadapannya sangat sulit, apalagi
menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhananya yang bagiku itu adalah pertanyaan
tersulit yang pernah kuterima. Dia terus saja memulai pembicaraan seolah Dia
mengerti apa yang Aku rasa saat itu, dan benar lama-lama Aku terbiasa sedikit
demi sedikit jantungku mulai normal berdetak. Kami terus saja mengobrol, entah
berbagai tema apa yang sudah kami bahas dan tetap saja mata ini tak berani
melihatnya. Malampun semakin larut rasa nyaman mulai timbul tapi seakan waktu
mengganggu dengan putaran waktu yang seolah-olah disengajanya untuk menyudahi
obrolan saat itu. Dengan berat hati kami harus pulang, meskipun Aku sangat
ingin berlama-lama saat itu. Sepanjang jalan pulang Aku masih tidak percaya
tentang apa yang terjadi hari ini, aku merasa ini hanya mimpi.
Apa ini?
Bertahun-tahun Aku berusaha agar Aku bisa terlepas dari fikiran tentang Dia.
Bertahun-tahun Aku membuat jarak sejauh mungkin untuk terbebas dari fikiran
tentang Dia. Tapi malam ini semua hancur, apa yang terjadi denganku? Sekejab
saja luntur semua ambisiku. Ini salah, iya ini salah.
Aku Rasa ini Sudah Cukup
Aku rasa ini
sudah cukup, Aku tak bisa terus dekat dengannya. Aku sadar ini salah, Dia punya
orang lain. Ada apa denganku?
Aku mengerti
dialah orang yang sama sejak awal, Aku tak berani mengungkapkan semuannya. Ini
semua sudah berakhir sejak lama, tak boleh terulang.
“Bar, ada kabar
baik ni” Tiba-tiba Jodi menghampiriku yang sedang duduk di luar ruang Dekan.
“Kabar apa
Di?” Jawabku.
“Ni surat dari
akademik” Tiba-tiba Jodi memberi sebuah surat padaku.
Aku
membukannya.
“Ini beneran
DI?” Tanyaku tidak percaya saat melihat isi surat yang berisi pemberitahuan
wisuda di bulan depan.
“Ya benerlah”.
“Alhamdulillah” Aku bersyukur.
Siang itu tak
bisa ku gambarkan betapa bahagianya Aku, seaakan 4 tahun yang kulewati terbayar
sudah. Hari itu Aku berfikir mungkin inilah saatnya Aku terbebas sepenuhnya
dari Gadis itu, Aku sengaja tak memberitahunya karena Aku rasa itu tidak perlu.
Aku ingin pergi jauh, dan membiarkan Dia bahagia bersama orang itu yang kini
menjadi pasangannya.
Berat memang,
tapi Aku tak kalah kuat. Hingga selesai wisudahku Aku sengaja tak memposting
foto apapun di media sosialku. Aku sengaja agar seperti tak terjadi apa-apa,
kenyataannya ini bukan hal yang mudah saat Aku sedang berproses untuk
melupakannya pesan-pesan singkatnya terus saja menghujani ponselku bahkan
sesekali Dia menelfonku. Butuh kekuatan batin yang luar biasa untukku
mengabaikan semua pesannnya.
Dan akhirnya, Aku
ditawari bekerja ditempat yang jauh darinya. Tanpa berfikir panjang langsung
menerimanya. Aku berharap aku segera bisa melupakannya, ini memang tak mudah
untukku. Biarlah pertemuan-pertemuan sebelumnya ku jadikan sebagai kenangan indah
yang pernah terjadi diantara kita. Saat ini giliran Tuhan yang menentukan
takdir apa yang akan terjadi pada kita.
Minggu, 04 Februari 2018
"SAJAK SEDERHANA"
Aku tau saat hubungan itu tak pantas diperjuangkan, aku memilih mundur
Aku tau saat cinta itu salah, meskipun kenyataannya tak pernah ada cinta yang salah
Aku pernah menyakitimu dengan pintu-pintu hati yang kututup tiba-tiba
Dan saat itu aku tak pernah memahami bahwa kau begitu terluka
Lantas, benarkah aku mempertahankan bahwa aku tak pernah salah?
Bukankah manusia dilahirkan bersama dengan keegoisan?
Bertanya, apa yang harus ku tanyakan?
Tentang penyesalan?
Kurasa itu tidak perlu.
Aku tau saat cinta itu salah, meskipun kenyataannya tak pernah ada cinta yang salah
Aku pernah menyakitimu dengan pintu-pintu hati yang kututup tiba-tiba
Dan saat itu aku tak pernah memahami bahwa kau begitu terluka
Lantas, benarkah aku mempertahankan bahwa aku tak pernah salah?
Bukankah manusia dilahirkan bersama dengan keegoisan?
Bertanya, apa yang harus ku tanyakan?
Tentang penyesalan?
Kurasa itu tidak perlu.
Kamis, 04 Januari 2018
'21' (Dua Puluh Satu)
‘21’
(Dua Puluh Satu
Sebelum dua awalnya pasti ada satu, sebelum dia datang dulunya ada
aku. Dua, adalah sepasang, Tuhan
menciptakan manusia berpasang-pasangan. Akan tetapi sebelum Tuhan memasangkan
ciptaannya, mereka adalah satu atau tunggal. Karena manusia di takdirkan takut
sendirian, maka mereka cenderung mencari pasangan agar mereka bisa berbagi,
baik rasa bahagia maupun kesedihan. Dengan berpasangan mereka bisa merasa
sempurna, meskipun kesempurnaan hanya milik Tuhan.
Ini cerita antara dua dengan satu, bukan tentang angka-angka matematika bukan
juga tentang dia yang dulu. Ini tentang aku, hari ini genap usiaku 21, gabungan
antara dua dengan satu. Banyak doa yang dipanjatkan buatku, terutama orang
tuaku. Ibu, terimah kasih sudah melahirkanku, hingga aku bermetamorfosis
sesempurna ini dan sekali lagi kesempurnaan hanya milik Tuhan. Sudah banyak
perjalanan yang aku tempuh, mereka bilang seusiaku ini sudah pantas memiliki
pasangan. Tapi bagiku memiliki pasangan tak dibatasi oleh usia, mereka bilang seusiaku
ini tak pantas bermanja-manja dengan ibu lagi. Mereka tau apa, bukankah ibu
adalah tempat berteduh tentang keluh apapun, tiada batasan untukku
bermanja-manja dengannya.
Dua puluh satu, mengingatkanku saat usiaku masih satu tahun. Ibuku bilang
saat itu aku anak yang tangguh, pantang menyerah. Saat aku mulai belajar
berjalan aku terjatuh dan lututku berdarah, saat itu aku tak menangis, meskipun
saat itu ibuku takut setengah mati aku kenapa-kenapa. Lantas Ayahku berkata,
“berdirilah nak berjalan terus! Lama-lama kau akan kuat”. Yah, kata-kata itu
mujarab meskipun terlihat sedikit keras tapi saat usiaku dua tahun aku berjalan
dengan lancarnya bahkan aku bisa berlari kencang. Tapi kenapa saat ini aku tak
sekuat dulu, aku malu dengan usiaku sekarang. Jangankan untuk terluka,
terjatuhpun aku tak sanggup. Saat ini air mataku bagaikan sungai yang selalu
mengalir dengan derasnya.
Dua puluh satu tahun, aku bahagia dilahirkan di bulan Januari. Karena aku
tau Januari adalah awalan dari nama dua belas bulan yang ada sekaligus awal
dari sebuah tahun, biasanya sebuah awalan itu penentu dari sebuah pilihan apa
yang ingin kita jalani, awalan yang kita mulai dan akan kita tua di akhir
nanti. Katanya jika kita melakukan hal baik kita akan menuai hal baik juga di
akhir nanti, begitu juga sebaliknnya.
Dua puluh satu, terimah kasih buat Tuhan. Terimah kasih buat orang tuaku
tercinta. Terimah kasih buat orang-orang tersayang dan terimah kasih buat
manusia yang hadir lalu pergi lagi. Doakan aku menjadi manusia lebih baik, agar
aku bisa sekuat dulu. Buat manusia-manusia yang akan hadir ditahun 2018 di
hidupku, aku menyambutmu.
Langganan:
Postingan (Atom)